JAKARTA,PGI.OR.ID-Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas menegaskan bahwa Indonesia berdiri karena kemajemukan, perbedaan, dan kebhinnekaan. Keberbedaan, kemajemukan, dan kebhinnekaan ini yang membuat Bangsa Indonesia kuat.
Hal tersebut disampaikan Menag Yaqut saat menghadiri Perayaan Natal Nasional 2022, yang mengusung tema “…… Pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain” (Mat.2:12), di JCC Senayan, Jakarta, pada Rabu (18/1/2023).
“Di samping kanan kiri kita, depan belakang kita, tidak ada yang sama. Kalau toh ada yang sama, tidak perlu kita beda-bedakan. Dan bagian yang berbeda ini juga tidak perlu kita sama-sama kan, karena itulah Indonesia,” katanya.
Kemajemukan dan kebhinnekaan ini, lanjut Menag, yang membuat kita kuat, dan membuat kita bersepakat untuk tetap menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Lebih jauh dijelaskan, tidak akan ada Indonesia jika tidak ada Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan agama-agama atau kepercayaan lainnya. Dan tidak akan ada Indonesia, jika tidak ada Jawa, Sunda, Batak, dan daerah lainnya.
Untuk itu, seluruh peserta perayaan Natal Nasional 2022 diajak untuk bersyukur dengan keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Gus Men juga bersyukur karena perayaan Natal Nasional ini dirayakan bersama-sama oleh umat Kristen dan Katolik. “Walau Iman kita berbeda-beda, tetaplah kita semua saudara dalam kemanusiaan. Selamat merayakan Natal dan tahun Baru 2023,” tandas Menag.
Sementara itu, Ketum Perayaan Natal Nasional 2022, Gustaf Brugman mengucapkan terima kasih kepada semua tamu undangan. Natal tahun 2022 ini. “Natal Nasional ini adalah wujud nyata dari kerjasama Ditjen Bimas Kristen, Katolik, dan lainnya. Semoga dengan kebersamaan kita semua di dalam Natal Tahun ini mendatangkan kebaikan bagi seluruh bangsa Indonesia,” ujarnya.
Perayaan Natal Nasional 2022, juga dihadiri Menko PMK, Muhadjir Effendy, Menteri ATR/BPN, Ketum Perayaan Natal 2022, MPH-PGI, Ketua KWI, Dirjen Bimas Kristen, Plt Dirjen Bimas Katolik, para Staf Khusus Menteri Agama, serta sekitar 1500 undangan dari berbagai latar belakang agama dan profesi, para uskup, pastor, pendeta, serta tokoh agama lainnya.
Pewarta: Markus Saragih