JAYAPURA,PGI.OR.ID-Pengurus Pusat-Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PP-PGLII) bersama pimpinan gereja, lembaga Kristen, aktivis, dan tokoh Papua melakukan diskusi terbatas di Kotaraja, Jayapura, pada Selasa (6/4), dalam rangka mencari solusi terkait berbagai persoalan di Papua.
Pada kesempatan itu, Ketua Umum PP PGLII Pdt. DR. Ronny Mandang, M.Th menjelaskan, PGLII terpanggil untuk memberi masukan dalam rangka penyelesaian persoalan Papua, dengan berpedoman pada dialog yang tulus dan terbuka dengan semua pihak. “Penting untuk memperhatikan suara dan harapan dari tokoh agama di level grassroot yang dihormati oleh masyarakat, bukan hanya dilevel struktur atau elit,” katanya.
Dia pun meminta kondisi di Papua didalami dalam kemajemukan dan keberagaman dengan paradigma lintas sektoral, lintas budaya, lintas suku dan lintas agama.
Sedangkan Ketua III PP-PGLII Bidang Lintas Agama dan Hubungan dengan Pemerintah Pdt. Deddy Madong, SH, MA. Menegaskan, perlnya upaya bersama dalam membangun paradigma inklusif di tanah Papua, karena minimnya masyarakat menerima pendidikan, melihat praktek kemajemukan, dan keberagaman sejak dini, sehingga masyarakat belum terbiasa menerima kemajemukkan.
”Permasalahannya bukan pada ketiadaan konsep dan tehnologi untuk mencegah hidup yang eksklusif, tetapi masalahnya ada dalam keengganan kita dalam mempraktekkan konsep dan tehnologi hidup yang inklusif,” tandasnya.
Sebab itu, PGLII mengupayakan untuk mengembangkan secara bersama dengan pimpinan gereja untuk membangun paradigma inklusif. Papua merupakan contoh bagaimana toleransi beragama sangat baik. Oleh karenanya pengembangan melalui pembelajaran akan memadukan prinsip-prinsip alkitabiah serta prinsip Local Capasities for Peace. Diperkaya juga dengan pengalaman berbagai tokoh gereja di Papua.
“Solusi kongkrit yang konsisten, tulus dan berproses diperlukan karena selama ini hanya menjadi wacana seperti Otsus, Pokja Papua, Penelitian LIPI tentang 4 akar masalah di papua, dan lain-lain. Sebab itu, diperlukan pelatihan, pemahaman dan perangkat aksi bersama dengan sasaran adalah tokoh agama yang didengar, dihormati, diikuti teladannya oleh masyarakat,” katanya.
Pria yang juga Ketua Panitia Nasional 50 tahun PGLII ini menambahkan, diskusi terbatas ini diadakan dalam rangka Perayaan Jubileum tahun 2021 ini. Puncak Perayaan Jubileum dilangsungkan di Batu, Jawa Timur pada 17 Juli 2021, sedangkan setiap Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah mengadakan di lingkup provinsi dan kabupaten atau kotanya. Di Batu juga akan diluncurkan buku 50 Tahun Jejak Pekabaran Injil PGLII.
“Dalam rangkaian Perayaan Jubileum, PGLII akan menggelar Pelatihan Program Membangun Paradigma Inklusif “Aku Papua” di bulan Juni 2021, Konferensi Pekabar Injil pada bulan Agustus 2021 di Jayapura dan Simposium Misi yang direncanakan akan di selenggarakan bulan November 2021 di Makassar atau Yogyakarta,”jelasnya.
Disepakati bahwa diskusi terbatas ini akan dilanjutkan dengan aksi nyata yaitu berupa masukan bagi pemerintah, pelatihan dan konferensi.
Sebelumnya, PP-PGLII bersama Pimpinan Gereja-Gereja di Papua dan FKUB Papua merayakan Paskah di Sentani yang difasilitasi Tokoh Agama di Papua Pdt. Lipiyus Biniluk, pada Senin (5/4). Hadir dari jajaran pemerintah Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri DR Bahtiar, Kepala Badan Intelejen Negara Provinsi Papua Mayjend. TNI Abdul Haris Napoleon dan Sekretaris Daerah Provinsi Papua Dance Yulian Flassy.
Dari pihak tokoh agama Kristen, Ketua Umum PGLII Pdt. DR. Ronny Mandang M.Th, Wakil Ketua GKI Tanah Papua Pdt. Hiskia Rollo, S.Th., MM dan Ketua Majelis Ulama Indonesia Provinsi Papua KH Syaiful Islam Al Payage, menyampaikan kesan Paskah dan memberikan masukan dalam rangka memberikan solusi isu- isu di Papua kepada Pemerintah.
Pada kunjungan pelayanan yang dipimpin Ketua Umum Pdt. DR. Ronny Mandang, M.Th., PGLII melakukan pertemuan dengan Wakapolda Papua, Kajati Papua, berdoa dan memberikan sumbangan bagi pembangunan Gereja GIDI di Papua yang merupakan anggota PGLII, dan bersama Persekutuan Gereja Gereja Di Papua (PGGP) berdoa dan memberikan sumbangan dana bagi saudara-saudara korban bencana alam di NTT dan NTB.
Pewarta: Markus Saragih