JAKARTA,PGI.OR-ID-Gereja dapat berperan dalam rangka pengendalian penularan Covid-19, dengan cara memastikan implementasi protokol kesehatan dilakukan oleh pemimpin dan warga gereja sebagai perwujudan iman yang nyata, memperkuat mental dan spiritual melalui pemberian khotbah yang menyejukan, serta kesajahteraan dan ketahanan bagi umat yang melakukan isolasi atau karantina.
Hal tersebut ditegaskan Pelaksana Tugas Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Dr. dr. Max Rein Rondonuwu, narasumber Webinar Nasional bertajuk Meningkatkan Peran Gereja dan Lembaga Pendidikan Dalam Pengendalian Pandemi Covid-19, pada Sabtu (17/7). Kegiatan ini diinisasi oleh Prodi Magister PAK UKI, Kemenkes, dan GMIM.
Menurut Max Rein, hal ini dapat dilakukan karena potensi yang dimiliki gereja, seperti kedudukan yang kuat dalam masyarakat, dan didengar oleh jemaat, serta memiliki hirarki yang salah satu fungsinya yaitu mempersatukan umat dalam iman dengan petunjuk, nasihat dan teladan. Selain itu, organisasi gereja seperti PGI, KWI memiliki anggota yang sangat banyak di seluruh Indonesia hingga ke pelosok-pelosok.
Sedangkan peran lembaga pendidikan Kristen menurutnya, sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu membantu kampanye protokol kesehatan, membantu melaksanakan vaksinasi universitas sebagai sentral vaksinasi bagi dosen, mahasiswa, dan keluarga serta masyarakat sekitar, menjadi relawan bagi mahasiswa jurusan kesehatan membantu rumah sakit, mengembangkan penelitian terkait vaksini, obat-obatan, dan alkes dalam negeri.
Sementara itu, Kaprodi Magister Pendidikan Agama Kristen (PAK) Pdt. Dr. Djoys Anneke Rantung, M.Th yang juga menjadi narasumber, melihat peran gereja ditengah situasi pandemi Covid-19, yaitu terpanggil untuk mengalami biblical faith, memiliki hakekat sebagai imago dei, berperan dalam dual obidience, dipanggil untuk menjadi sign of hope, hadir dalam missio dei, dan mewujudkan solidaritas diakonial.
“Menjadi sign of hope maka gereja harus memberi pengharapan bagi dunia yang sedang menderita ini, tidak hanya sekadar mengurusi administrasi jemaat. Sedangkan hakekat imago dei atau segambar dengan Allah, maka kita harus memiliki perilaku yang baik, misalnya melakukan apa yang ditetapkan oleh pemerintah dengan mengikuti protokol kesehatan 5M,” ujarnya.
Djoys juga melihat, peran edukasi gereja ditengah pandemi ini dapat dilakukan semisal mengajak warga gereja tetap disiplin, dan taat pada aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah sebagai wujud sinergitas pemerintah dan gereja untuk mengendalikan virus Covid-19, bijak dalam menanggapi berita-berita yang beradar di media sosial yang terkait dengan virus ini, terutama berita-berita hoaks, dan tetap memperkuat iman dan spiritualitas dalam doa dan ibadah serta menjaga imun.
Sedangkan narasumber terakhir, Dosen MPAK UKI Dr. Desi Sianipar, melihat, saat ini lembaga pendidikan ditantang sesuai dengan peran sosialnya untuk tidak hanya memikirkan dampak yang ditimbulkan oleh Pandemi Covid-19, tetapi bagaimana lembaga pendidikan juga meningkatkan perannya dalam mengendalikan Pandemi Covid-19.
Sejumlah peran yang bisa dimainkan oleh lembaga pendidikan diantaranya, meningkatkan kerjasama institusi-institusi lain untuk melakukan edukasi kepada masyarakat secara intensif terkait penyebaran, pencegahan, dan pengendalian Covid-19 melalui webinar atau melalui konten youtube, menangkal berita-berita hoax terkait Covid-19, melakukan pendampingan terhadap masyarakat dan mahasiswa yang mengalami tekanan berat karena dampak Covid-19, dalam berbagai bidang layanan, misalnya konseling online, berbagai pelatihan untuk membantu memenuhi nafkah dan pengembangan potensi.
“Dosen dan mahasiswa juga harus memperbanyak penelitian dan publikasi tentang pandemi Covid-19 yang dikaji dari berbagai disiplin ilmu sehingga dapat memberi masukan yang berharga bagi pengambil kebijakan, serta menunjukkan sikap-sikap positif dalam menghadapi Pandemi Covid-19, gaya hidup sehat, disiplin, kejujuran, berpikir positif dan optimis,” tandasnya.
Pewarta: Markus Saragih