JABAR,PGI.OR.ID-Sekalipun konstitusi kita telah menjamin kebebasan beragama atau berkeyakinan (KBB), demikian pula Presiden Jokowi menegaskan hal pemenuhan dan perlindungan hak dasar ini oleh negara, namun kasus pelanggaran KBB tetap berulang terjadi di negeri ini. Kebutuhan akan kolaborasi dan beragam pendekatan oleh aktor-aktor lokal dan antarpihak kian kritikal. Hal ini dalam rangka merawat dan mengadvokasi KBB di akar rumput.
Hal tersebut melatarbelakangi kegiatan Lokalatih Fasilitator Kebebasan Beragama dan Berkepercayaan (KBB) Tingkat Dasar yang diinisasi oleh Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), serta didukung oleh CKU, PGIW Jabar, PUSAD Paramadina, dan Jakatarub. Kegiatan ini berlangsung selama 4 hari berturut-turut (7-10/03/2023).
Sebanyak 25 peserta, yang merupakan utusan dari PGIW Jawa Barat, Jakatarub, organisasi lintas agama, akademisi, dan pejabat kesbangpol kota Bandung mengikuti lokalatih yang diselenggarakan di Putri Gunung, Lembang, Jawa Barat, ini secara antusias.
Dalam sambutan Sekretaris Umum PGIW Jawa Barat, Pdt. Paulus Wijono, mengungkapkan bahwa kolaborasi untuk merespons isu-isu keberagaman dan berbagai kasusnya sangat dibutuhkan di Jawa Barat ini. Kegiatan ini sangat diharapkan tidak berakhir dalam ruang-ruang diskusi, melainkan dalam tindak lanjut yang nyata. Rencananya, akan dibuat desk KBB untuk Jawa Barat pasca lokalatih bersama jaringan antariman di Jawa Barat.
Sementara itu, Risdo Simangunsong, Ketua Jakatarub, dalam sambutannya menekankan bahwa lokalatih ini merupakan keberlanjutan dan kolaborasi Jakatarub bersama PGI dan mitra-mitra lainnya yang telah dibangun selama ini. Jaringan Jakatarub yang ada di Jawa Barat secara aktif membangun kegiatan-kegiatan yang membangun seperti ini, yang sangat diharapkan semakin berkembang melalui lokalatih fasilitator KBB ini.
Sedangkan Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (KKC) PGI Pdt. Jimmy Sormin melihat, kehadiran peserta dalam lokalatih ini sebagai titik cerah gerakan bersama untuk merawat serta mengelola keberagaman berikut tantangan-tantangannya di Jawa Barat. Tentu pertemuan ini harus terus dikawal lebih lanjut dan dalam jangka panjang. Oleh karenanya PGI sangat mendukung beragam program yang dilakukan oleh jaringan di Jawa Barat dalam memastikan KBB berlangsung sebagaimana amanat konstitusi.
“Selain kita mendengar beragam hal yang menempatkan persoalan masalah intoleransi di Jawa Barat sebagai salah satu yang tertinggi, ada banyak hal positif lainnya yang telah menjadi modal sosial di masyarakat untuk kita rawat bersama. Oleh karenanya kita tidak hanya merespons masalah-masalah terkait keberagaman, karena masalah pasti akan selalu ada, tetapi bagaimana menguatkan imunitas masyarakat terhadap beragam konflik antar identitas– dengan nilai-nilai yang telah hidup di tengah-tengahnya sejak lama,” tandas Pdt. Jimmy.
Sekretaris Umum PGI, Pdt. Jacklevyn Manuputty, juga hadir dalam lokalatih ini dan memfasilitasi sesi mengenal konflik keagamaan dan resolusinya. Berangkat dari pengalamannya sebagai salah satu tokoh perdamaian di Maluku, khususnya dalam konflik berdarah Ambon dua dekade silam, beliau merefleksikan beberapa metode yang efektif dalam memetakan dan merespons konflik sosial, khususnya yang berbau keagamaan.
Adapun materi konsep dan keterampilan pokok yang diberikan dalam lokalatih ini antara lain: Peta KBB di Jawa Barat, Konflik dan pendekatan Penanganan Konflik Keagamaan, Mendengarkan secara Efektif, Pendekatan dan Tools Hak: HAM dan KBB, Asset Based Community Development (ABCD) dan KBB, Peta Kebutuhan, Aset dan Tujuan Strategis, serta Menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL).
Pewarta: Markus Saragih