SWITZERLAND,PGI.OE.ID-Sebuah panduan baru yang diterbitkan oleh Dewan Gereja Dunia (WCC) bertujuan untuk meningkatkan kesadaran di gereja-gereja dan komunitas gereja akan peran yang dapat mereka mainkan dalam pencegahan kondisi bencana berupa fistula obstetrik, yaitu cedera saat melahirkan yang biasanya disebabkan oleh proses persalinan yang berkepanjangan dan terhambat tanpa adanya pertolongan pertama. intervensi medis tepat waktu.
Fistula obstetri dapat menimbulkan dampak buruk secara fisik, emosional, dan ekonomi bagi perempuan dan bahkan dapat mengakibatkan cacat permanen.
Panduan ini mengenalkan pembaca pada fistula obstetrik dan mempertimbangkan bagaimana gereja dapat membantu mencegah terjadinya kondisi tersebut pada wanita di jemaat dan komunitas lokal mereka.
Dengan tip-tip untuk dukungan praktis dan emosional, serta dorongan bagi mereka yang menderita fistula obstetrik, panduan ini menguraikan upaya advokasi yang sedang dilakukan dan menyarankan beberapa tindakan yang dapat diambil oleh gereja.
Panduan ini digarisbawahi oleh sikap WCC mengenai isu fistula obstetrik sebagai keprihatinan hak asasi manusia. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa setiap tahun antara 50.000 dan 100.000 wanita di seluruh dunia terkena kondisi ini. Diperkirakan 2-3 juta wanita hidup dengan fistula obstetrik yang tidak diobati, terutama di Asia dan Afrika.
“Buku ini memberikan pengantar mengenai isu ini dan mengkaji stigma dan diskriminasi yang dihadapi para penyintas,” jelas Jennifer Philpot-Nissen, eksekutif program Hak Asasi Manusia di Dewan Gereja Dunia, Komisi Gereja-Gereja untuk Hubungan Internasional.
“Melalui pemeriksaan terhadap ayat-ayat Alkitab yang relevan, gereja-gereja diajak untuk mempertimbangkan bagaimana mereka dapat melakukan advokasi untuk pencegahan fistula obstetrik. Buku kecil ini mengusulkan tindakan-tindakan yang dapat mereka ambil, dan diakhiri dengan doa-doa dari berbagai tradisi gereja.” (oikoumene.org)