TORAJA,PGI.OR.ID-Menurut catatan BPS Gereja Toraja, masyarakat Toraja tidaklah signifikan dari segi jumlah, karena hanya ditempatkan sebagai masyarakat Sulsel lainnya. Namun demikian, sebagai bagian dari masyarakat dan bangsa Indonesia, masyarakat Toraja telah menunjukkan perannya yang sangat signifikan dalam pembangunan masyarakat, dan bangsa Indonesia.
Pun dalam gerakan oikoumene di Indonesia, Gereja Toraja telah menyumbangkan begitu banyak kader dalam pelayanan, pembinaan dan perjuangan pemuda dan perempuan. Bahkan dalam kepemimpinan gerakan oikoumene, mulai dari keterlibatan dalam mendirikan DGI, pada Mei 1950, perumusan DKG hingga menjadi Sekum dan Ketum PGI, dalam diri Pak Lambe dan Ibu Lebang.
Demikian sambutan Ketua Umum PGI, Pdt. Gomar Gutlom pada puncak Perayaan 110 Tahun Injil Masuk Toraja (IMT) 2023, di halaman gedung Gereja Toraja Jemaat Rantepao, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, pada Sabtu (18/3/2023).
Selain Ketum PGI, acara tersebut juga dihadiri BPS Sinode Gereja Toraja, Dirjen Bimas Kristen RI, Pangdam XIV Hasanuddin, Kapolda Sulbar, Bupati Tanah Toraja, Bupati Toraja Utara, jemaat, dan pendeta.
“Itu bisa terjadi karena Injil telah merasuki peradaban Tanah Toraja, hingga, melalui masyarakat dan Gereja Toraja, Injil itu telah menembusi dunia Indonesia dan ikut mengayuh biduk oikoumene, Injil menembusi peradaban sehingga masyarakat Toraja ikut mewarnai perjalanan gereja-gereja di Indonesia, bahkan perjalanan bangsa Indonesia,” tandasnya.
Atas nama MPH-PGI, Pdt. Gomar Gultom menyampaikan terimakasih atas partisipasi Gereja Toraja dalam gerakan oikoumene, dan sekaligus berharap melalui perayaan ini, semakin menggerakkan kita semua serta memberi inspirasi baru dalam upaya menjadikan Injil sebagai basis perjuangan masyarakat dan Gereja Toraja. Dengan demikian, Tanah Toraja menjadi “kepingan sorga” yang Tuhan tempatkan di bumi Indonesia.
Sementara itu, Dirjen Bimas Kristen RI, Jeane Marie Tulung, dalam sambutannya juga menyampaikan terimakasih kepada Sinode Gereja Toraja, yang telah turut berperan aktif menjahit Republik ini sejak masa penjajahan, masa transisi kemerdekaan hingga di era modern.
Menurut Jeane, selama 110 Tahun Injil masuk di Tana Toraja tentu merupakan suatu perjalanan dan perjuangan yang Panjang. Di sepanjang perjalanan tersebut proses penginjilan melewati berbagai rintangan, tantangan dan pergumulan. Perjalanan 110 tahun Injil di Tana Toraja merupakan bukti kongkrit bahwa Injil bertumbuh dalam kesaksian dan pelayanan sehingga membuahkan pengajaran yang sehat kepada umat dan sehat dalam penatalayanan.
Diakhir sambutannya, Dirjen Bimas Kristen mengatakan, tugas membangun manusia seutuhnya bukan saja menjadi tujuan pemerintah tetapi juga gereja. Sinode Gereja Toraja bersama-sama dengan pemerintah memiliki tugas dan tanggungjawab untuk mengusahakan agar manusia bebas dari kemiskinan dan kelaparan, sehat, cerdas dan mandiri sehingga mempunyai rasa percaya diri untuk mengembangkan kerjasama dengan sesama.
Sekilas menilik sejarahnya, cikal bakal momentum Injil masuk Toraja adalah ketika penginjil (zending) dari Belanda Antonie Aris van de Loosdrecht menapakkan kakinya untuk pertama kali di Rantepao, Toraja Utara (dulu masih Tana Toraja), tanggal 16 Maret 1913. Dengan demikian, tepatnya di tanggal 16 Maret 2023 adalah usia 110 tahun masyarakat Toraja mengenal ke-Kristen-an.
Dalam rangka 110 Tahun Injil masuk Toranja, Gereja Toraja menyerahkan 21 unit sepeda motor kepada GPIL, GKSS, Gatam, GKSB, Kibaid, PGPI, NU, MUI, dan lainnya. Selain itu, melakukan bedah rumah sebanyak 110 unit, rumah milik umat dari berbagai agama.
Pewarta: Markus Saragih