HONGKONG,PGI.OR.ID-Pertemuan pertama Komite Eksekutif Konferensi Kristen Asia (CCA) yang baru terpilih, berlangsung di kantor pusat CCA di Chiang Mai, Thailand, 17-19 Januari 2024.
Majelis Umum CCA ke-15, yang diadakan dari tanggal 27 September hingga 4 Oktober 2023 di Kottayam, India, memilih tiga pejabat dan tujuh belas anggota Komite Eksekutif, termasuk Ketua Komite Program.
Komite Eksekutif dipilih dari antara delegasi di Majelis Umum. Badan ini bertemu setiap tahun dan bertanggung jawab untuk memastikan pelaksanaan keputusan Majelis Umum serta meninjau dan mengawasi program dan anggaran CCA. Masa jabatan Komite Eksekutif adalah sampai dengan berakhirnya rapat rutin Majelis Umum berikutnya, yaitu pada 2023 sampai 2028.
Keputusan penting yang akan diambil oleh Komite Eksekutif pada pertemuan pertamanya berkaitan dengan pemilihan Komite Program, Komite Keuangan, CCA Thailand Foundation, Dewan Perusahaan CCA Hong Kong, dan Komite Investasi CCA di Hong Kong.
Moderator CCA Uskup Reuel Norman Marigza, anggota United Church of Christ di Filipina, menyampaikan Pidato Pembukaan. Dia menguraikan situasi buruk yang dihadapi selama pandemi COVID-19, dan dalam konteks kekerasan di berbagai belahan dunia saat ini.
Dikatakan, “Di satu sisi, hanya harapan yang kami miliki. Tunggu sebentar, pandemi ini akan berakhir. Tunggu sebentar, penganiayaan akan berakhir. Harapan membuat kita bertahan dalam situasi yang paling gelap. Suatu saat semuanya akan berakhir, kita hanya perlu bertahan. Kita memerlukan pembaruan, pembangunan kembali, dan restorasi, dengan harapan. Harapan adalah apa yang membuat kami terus maju dalam masa tersulit dan penuh cobaan. Harapan akan memberi kita energi saat kita membangun kembali dan memulihkan dunia kita.”
Dengan kata-kata yang menyejukkan ini, Uskup Marigza lebih lanjut menyatakan, “Gereja-Gereja Asia dan gerakan ekumenis harus berpartisipasi dalam pelayanan pembaruan dan penyembuhan dalam kondisi normal baru ini. Kita harus menghadapi pelanggaran yang dianggap normal, dan mengubah dunia menjadi dunia baru sesuai dengan visi kehidupan yang lebih utuh bagi semua orang. Agar penyembuhan bisa terjadi, kita harus mengenali kesalahan dalam diri kita sendiri dan masyarakat –– baik dengan menyetujui secara diam-diam, dengan bersikap apatis, atau tidak melakukan apa pun untuk mengatasinya. Kami selalu dapat menantikan pemulihan dan pembaruan dalam penyembuhan.”
“Tunggu, berdoalah dengan penuh harap. Mari kita berdoa agar Tuhan menyembuhkan kita, memperbaharui kita dalam Roh, dan memulihkan ciptaan,” kata Uskup Marigza yang terpilih sebagai Moderator CCA pada Sidang Umum CCA ke-15.
Pada sesi ibadah, refleksi alkitabiah disampaikan oleh Ms Zion Chung, anggota komite eksekutif CCA yang tergabung dalam Gereja Kristen Korea di Jepang dan melayani sebagai misionaris di United Church of Christ di Jepang.
Ms Chung menyampaikan refleksi tentang penciptaan dan pembubaran batas-batas. “Diciptakan menurut gambar Allah bukan sekadar berarti ‘bentuk’ Allah, namun hubungan dengan Allah. Setiap orang berharga dan tidak dapat digantikan. Namun di dunia sekarang ini, nilai kita terasa tergantikan, hilang, dan diambil,” katanya.
“Dalam Kejadian 1:31, kita membaca bahwa ‘Allah melihat segala yang diciptakan-Nya dan lihatlah, semuanya itu sangat baik’. ‘Lihatlah’ adalah sebuah kata yang membangkitkan minat dan menuntut perhatian. Ini menandakan bahwa Tuhan puas dengan karya penciptaannya, dan itu membuat setiap orang yang Tuhan ciptakan mengetahui dan mencamkannya. Betapapun kacaunya kenyataan, ada cahaya yang membawa kita kepada Tuhan. Ada kedamaian ketika kita percaya bahwa semua ciptaan Tuhan itu baik,” simpul Ms Chung. (cca.org.hk)
Keterangan foto: Anggota Komite Eksekutif yang baru terpilih di kantor pusat Konferensi Kristen Asia (CCA) di Chiang Mai