AMBON,PGI.OR.ID-Sidang Majelis Sinode Am (SMSA) Gereja Protestan Indonesia (GPI) di kota Ambon (20-22 November 2022) telah berlangsung sukses. Sidang yang mengusung tema Tuhan Adalah Yang Awal dan Yang Akhir (Wahyu 22:13), dan Sub Tema Memperkokoh Persaudaraan GPI Untuk Mewujudkan Kasih Kristus Di Tengah Kehidupan Bergereja dan Berbangsa ini, diikuti 10 dari 12 Gereja Bagian Mandiri sebagai bagian utuh dari GPI.
Dampak turunan dari Pandemi Covid-19 serta berbagai krisis, seperti pangan, finansial, lingkungan, pengungsi, dan kekerasan yang terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dunia, digumuli dalam persidangan yang berlangsung selama tiga hari ini. Termasuk krisis oikumene dalam lingkungan gereja-gereja anggota GPI, serta krisis kebangsaan.
Mengacu kepada kenyataan tantangan dalam konteks sosial dan pergumulan internal tersebut, SMSA GPI mengeluarkan pesan, sebagai berikut:
- Kami mendorong gereja-gereja di Indonesia untuk terus berupaya bersama pemerintah, lembaga oikumene lainnya dan masyarakat sipil di tengah bangsa ini untuk dapat melakukan berbagai langkah strategis guna menanggapi krisis multi dimensi yang mengancam kedepan. Untuk itu aktivitas-aktivitas ekonomi dapat dijalankan secara massive di setiap keluarga pada semua GBM dengan mengedepankan usaha-usaha produktif yang ramah lingkungan atau berbasis pada potensi lokal setempat.
- Kami menyerukan kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk dapat melakukan kebijakan pembangunan dalam rangka mengatasi kondisi krisis multi dimensi yang mengancam kehidupan sosial, ekonomi dan politik kebangsaan. Karena itu kami mendorong sekaligus mendukung upaya pemerintah dalam rangka penyelesaian kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indoensia. Menegakan keadilan agraria bagi masyarakat adat, mencegah segala bentuk kekerasan terutama terhadap kelompok rentan (perempuan dan anak), juga masalah pengungsi di Papua dan wilayah konflik lainnya. Sikap tegas pemerintah menjamin keadilan menjadi edukasi yang penting untuk menumbuhkan rasa percaya masyarakat kepada negara/pemerintah. Hal itu berkontribusi langsung bagi penguatan nasionalisme sebagai pilar untuk memperkuat keutuhan bangsa dan negara.
- Kami mengapresiasi upaya mediasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kantor Staf Presiden dalam rangka pemulihan konflik dan pengembalian pengungsi Kariu, Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, dan penyelesaian konflik lokal di Elat, Kabupaten Maluku Tenggara. Kami terus mendorong Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Indonesia untuk dapat berperan secara maksimal mengatasi konflik dengan mendorong langkah-langkah preventif secara maksimal serta penegakan hukum dan berdoa agar konflik berskala masif tidak lagi terjadi di Indonesia.
- Sambil kami bersidang, terjadi bencana gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat (21 November 2022). Dalam rasa sepenanggungan dengan para korban, kami menyerukan kepada semua warga gereja di semua GBM untuk mendoakan penderitaan saudara-saudara kita itu dan menggalakan diakonia gereja (transformatif maupun karikatif) untuk membantu meringankan beban mereka di sana, sambil berdoa agar program pemulihan dapat segera dikerjakan.
- Disrupsi teknologi telah menjadi bagian dari realitas sosial dan bergereja kita di era post-truth dewasa ini. Tanpa disadari masyarakat lebih cepat mengikuti kebenaran manipulatif yang tersebar melalui jaringan media sosial, serta menjadikan hoax sebagai suatu kebenaran tanpa ada filterisasi yang lebih cermat. Untuk itu kami berpesan agar kita menguji segala sesuatu sesuai dengan karunia Roh Kudus, dan menumbuhkan perilaku bermedia sosial secara beretika dan bermoral.
- Perubahan iklim sebagai bentuk krisis ekologis telah dirasakan dalam beragam bentuknya. Dunia sudah menerima dampak langsung dari krisis ekologis itu, sehingga diperlukan usaha untuk memulihkan ketangguhan lingkungan melalui usaha-usaha konservasi secara massal. Untuk itu kami mendorong setiap GBM untuk mendorong program-program pemulihan dan pelestarian ekosistem di darat maupun lautan demi kemaslahatan dan masa depan bumi. Agar setiap GBM juga memberi perhatian pada penanggulangan krisis yang diakibatkan oleh konsumsi narkoba, dan dampak ikutan kemiskinan seperti stunting dan kejadian luar biasa Kesehatan yang kerap terjadi di kantong-kantong kemiskinan.
- Kami mendorong masyarakat untuk terus membangun persaudaraan sesama anak bangsa dan solidaritas kemanusiaan untuk menciptakan kondisi tentram bagi jalannya pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu, memasuki tahun politik dengan arus politisasi identitas yang kuat, GBM-GBM perlu melakukan upaya edukasi politik dan mempersiapkan dengan baik warganya untuk ikut dalam pembangunan politik yang bermartabat, guna membentuk pemerintahan yang berwibawa dan demokratis.
- Sebagai gereja orang basudara, kami terus mendorong GBM-GBM tanpa terkecuali untuk semakin dapat terbuka membangun persaudaraan dalam payung GPI yang mempersatukan kita untuk dapat berjejaring secara maksimal dalam kerjasama oikumenis menghadapi tatangan sosial masyarakat. Persaudaraan oikumene itu membuat gereja mampu berperan aktif dalam menghadapi berbagai krisis yang mendera.