JAKARTA,PGI.OR.ID-Salah satu problem yang dihadapi masyarakat kini adalah makin beratnya tantangan ekonomi dan sosial seturut dengan pandemi ini. Banyak orang yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Tetapi yang tak kurang beratnya adalah masalah psikososial yang menyertainya. PPKM punya problematiknya sendiri. Orang semakin kehilangan harapan, apalagi ketika ternyata kita tidak pernah tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Ini menjadi tantangan bagi PGIW/SAG untuk menumbuhkan harapan masyarakat ditengah pandemi.
Hal tersebut ditegaskan oleh Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom dalam sambutannya saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PGIW/SAG, pada Selasa (9/11/2021).
“Ketika orang kehilangan harapan maka peran gereja yang transpormatif dalam sejarah manusia adalah bagaimana gereja mampu memberikan visi yang jauh ke depan, dan dengan itu menumbuhkan harapan di tengah-tengah masyarakat, bahwa apapun yang terjadi sekarang ini dengan pandemi, bukanlah kata akhir. Melainkan Kristuslah kata akhir, sesuai dengan tema persidangan kita “Aku Adalah Yang Awal dan Yang Akhir”. Hendaknya ini juga mewarnai kerja-kerja kita,” katanya.
Sebelumnya Ketum PGI menjelaskan, pandemi Covid-19 merupakan katup dari ecoside, akibat dari perilaku manusia. Serangan massif industri atas habitat ekologis dalam rangka globalisasi produksi pangan dan pertanian, seiring dengan domestifikasi hewan dan tanaman telah melahirkan hama dan virus baru yang tidak dikenal sebelumnya, akibat mutase genetika. Rekayasa hewan dan tanaman tanpa menghormati integritas ekosistem telah membawa persoalan tersendiri atas keseimbangan alam dan pada gilirannya juga kesehatan dan kehidupan manusia.
Ditambahkan pula, selain krisis ekologis, tantangan lain yang dicatat oleh SR adalah transformasi budaya digital. Tiga karakteristik dunia digital yang sangat kita banggakan saat ini adalah kecepatan, banyaknya pilihan dan customized. Tetapi sekaligus juga sangat problematis. Kecepatan menggerus kesabaran kita, banyaknya pilihan mengakibatkan kedangkalan berpikir dan customized makin memupuk individualistic.
Dalam terang inilah MPH-PGI, menaruh harapan besar kepada para MPH-PGIW untuk juga mengembangkan literasi digital, baik di tengah keluarga maupun di tengah masyarakat umum. “Di waktu lalu kita kampanye Gerakan 18-21. Kini kegalauan saya yang terbesar kini adalah begitu mudahnya warga jemaat kita diombang-ambingkan oleh penggunaan smartphone ini, khususnya terkait informasi yang berkembang di dunia maya. Buzzer kini lebih dipercaya oleh umat ketimbang pendeta atau bahkan ketua sinode,” katanya.
Diakhir sambutannya, Pdt. Gomar Gultom berharap kiranya rakernas ini memberi inspirasi baru dalam merumuskan tugas panggilan kita dalam perjalanan gerakan oikoumene di Indonesia saat ini.
Rakernas PGIW/SAG akan berlangsung selama dua hari (9-10/11/2021). Di hari pertama, rakernas diisi 2 sesi diskusi dengan tema “Gereja Paska Pandemi” yang disampaikan oleh Pdt. Abraham Silo Wilar, dan “Pokok-Pokok Strategis Sidang MPL PGI” Oleh Pdt. Jacklevyn F. Manuputty (Refleksi Tahun 2021 dan Tantangan Tahun 2022).
Sebagaimana diketahui, rekomendasi Rakernas PGIW/SAG 2019 di Bali, menyatakan bahwa Tuan/Nyonya Rumah Rakernas tahun 2020 adalah PGIW Jogyakarta. Tetapi karena mengalami pandemi Covid-19 di bulan Maret 2020, ada kesepakatan Rakernas ditunda tahun 2021 dengan harapan pandemi telah usai. Pada kenyataannya pandemi belum berakhir sampai sekarang. Sehingga MPH-PGI bersama panitia Rakernas PGIW Jogyakarta menyepakati, Rakernas PGIW/SAG 2021 dilaksanakan secara Hybrid dan center kegiatan ini di Grha Oikoumene PGI. Dengan harapan pandemi akan segera berakhir dan Rakernas PGIW/SAG 2022 akan dilaksanakan di Jogyakarta secara onsite.
Pewarta: Markus Saragih