“Minggu, 4 April 2021, sukacita Paskah berubah menjadi ratapan dan seruan minta tolong.“
JAKARTA, PGI.OR.ID – Sebuah pesan pendek dari Pdt. Merry Kolimon, Ketua Sinode Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) di WA grup pimpinan sinode anggota PGI masuk. Isinya, “Mohon doakan kami di NTT yang mengalami badai siklon tropis. Sejak kemarin (Sabtu/3/4) hujan dan badai membuat banyak tempat banjir dan longsor. Merata di seluruh NTT.” Rupanya pesan ini awal dari berita malapetaka yang kemudian mengalir dari NTT dan membanjiri berbagai ‘platform’ sosial media.
Badai siklon tropis menggulung NTT dan menghancurkan banyak wilayah di berbagai kabupaten provinsi itu. Intensitas badai semakin meningkat dalam hitungan jam sejak suara kecemasan itu terdengar. Jumat Agung ternyata awal kisah lara bagi warga NTT. Taufan, air pasang dari laut, banjir badang, dan tanah longsor seakan berlomba membusungkan perkasanya.
Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengencangkan alarm bahaya. Siklon Tropis Seroja akan semakin mengganas. Badai besar dengan kekuatan di atas 100km/jam dengan luasan 150 hingga 200 km mengancam segala yang hidup. Masyarakat NTT diminta waspada, siaga penuh. Doa dan kepasrahan dibumbungkan kepada Sang Pemilik alam.
Pada Sabtu sore semakin kencang terdengar teriakan minta tolong dari NTT. Kompilasi foto dan video pendek yang beredar di berbagai media sosial memperlihatkan wajah bencana yang menggetarkan. Banjir badang menggila, puluhan kerbau nampak hanyut tak tertolong. Pantai wisata Sulamu di Kota Kupang terlihat porak-poranda menahan gempuran gelombang. Hal serupa terjadi di Pantai Namosain. Ruas jalan raya di wilayah Sikumana dan bagian lain Kota Kupang seketika berubah serupa aliran sungai.
Di Kabupaten Malaka, 232 km dari Kota Kupang, jembatan Benenai sepanjang 300 meter putus diterjang banjir. Sejumlah buaya besar nampak muncul ke permukaan dan berenang menghindari aliran deras sungai. Pulau Sabu dan Pulau Raijua yang terkenal eksotik di Kabupaten Saburaijua terlihat seketika berubah menjadi kubangan air raksasa. Banyak rumah nampak hancur diterjang banjir badang.
Kota Kupang seketika berubah menjadi kota mati. Gelombang pengungsi mulai terjadi di beberapa wilayah yang terpapar cukup parah. Sabtu malam warga tak bisa lelap tertidur setelah ada peringatan dari BMKG bahwa situasi akan memburuk di hari Minggu. Rencana perayaan Paskah Kristus yang sedianya akan dirayakan meriah terpaksa diurungkan. Gereja Masehi Injili Timor segera melakukan kordinasi dengan Persektuan Gereja-Gereja di Indonesia Wilayah Timor (PGIW) serta semua pendeta rayon dan Ketua Klasis untuk mempertimbangkan pelaksanaan ibadah Paskah dilakukan di rumah keluarga masing-masing. Pemuda gereja dikonsolidasi dan diarahkan untuk berkordinasi dengan Basarnas. Doa mendaras tak putus-putusnya, semoga Paskah bisa membawa sukacita di tengah bencana.
Paskah yang Pilu
Minggu, 4 April 2021, sukacita Paskah berubah menjadi ratapan dan seruan minta tolong. Saat umat Kristen di berbagai wilayah lain merayakan Paskah dengan penuh sukacita, dari NTT kepiluan dan ratapan mengalir, sederas terjangan banjir badang yang meluluhlantakan berbagai daerah. Dari tengah hantaman badai beredar informasi dengan foto-foto dan video yang sangat grafif menggambarkan dampak petaka di berbagai wilayah NTT.
Korban jiwa bergelimpangan terkubur longsoran, terbawa banjir, ataupun tertimpa reruntuhan bangunan, beredar luas di berbagai media sosial dan menggerus rasa. Tingkat kerusakan ternyata begitu parah. Pohon-pohon tumbang memutus aliran listrik dan jaringan fiber optik. Banyak rumah penduduk dan bangunan publik runtuh atau dihanyutkan banjir badang. Airport di Kupang dan Sumba tak bisa digunakan karena badai dan tergenang air. Bendungan yang rusak dan meluap di wilayah Sumba Timur menambah petaka yang tak terhindarkan. Pada rekaman video yang dikirim, nampak rumah warga terbawa banjir badang dengan penduduk yang masih berada di dalamnya.
Pada hari ini data-data kerusakan dan korban jiwa mulai dipublikasikan luas oleh beberapa lembaga, di antaranya BNPB, TNI, Kepolisian, dan WALHI NTT. Data terpublikasi dari BNPB menginformasikan jumlah korban jiwa sebanyak 68 orang dan 70 orang hilang. Tercatat korban jiwa terbanyak di Kabupaten Flores Timur (44 orang) disusul Kabupaten Lembata (11 orang), Kabupaten Alor (11 orang), dan Kabupaten Ende (2 orang). Total lokasi terdampak berdasarkan data BNPB sebanyak 10 Kabupaten dan 1 kota. Ini sungguh-sungguh bencana di hari Paskah yang tak pernah akan terlupakan oleh masyarakat NTT.
Senin, 5 April 2021, ancaman badai yang lebih dahsyat. Sepanjang Minggu malam sampai Senin subuh masyarakat NTT tetap terjaga dan berjaga. Peringatan BMKG tentang potensi menguatnya intensitas Siklon Tropis sepanjang Minggu malam sampai Senin membuat warga sungguh waspada. Diperkirakan badai besar akan bergerak ke arah Selatan Rote, Flores Barat dan Waingapu. Permohonan topangan doa dari warga NTT memenuhi berbagai sosial media. Puji Tuhan, pada Senin pagi diperoleh berita bahwa situasi badai di Kota Kupang telah mereda.
Sementara itu dari Waingapu diterima foto yang menggambarkan cerahnya cuaca. Harapan membuncah, badai akan segera reda. Meskipun demikian, ada wilayah yang terisolir dan belum diperoleh berita mengenai dampak badai dan luasan kerusakan. Pihak Sinode Gereja Kristen Sumba menginformasikan bahwa 7 wilayah kecamatan, 17 desa/kelurahan terpapar badai dengan tingkat kerusakan yang berbeda-beda. Sebanyak 1803 keluarga dan 7712 warga mengungsi ke daerah-daerah yang lebih aman. Bangunan gereja, fasilitas umum, maupun rumah-rumah kerabat dijadikan tempat pengungsian. Dapur-dapur umum dibangun di berbagai wilayah terdampak, baik yang dilakukan oleh pihak gereja, maupun lembaga-lembaga pemerintah dan TNI serta POLRI.
Di Waingapu, Ketua Sinode Gereja Kristen Sumba (GKS), Pdt. Alfred Samani, terlihat melayani sebagai relawan di dapur umum GKS. Pihak KODAM IX Udayana dilaporkan membangun dapur umum di hampir semua wilayah terdampak. Pada hari ini juga rombongan BNPB yang dipimpin Letjen TNI Doni Monardo bertolak ke Kupang. Harapan berkembang bagi penanggulangan dampak bencana yang lebih baik.
Hari berganti. Selasa, 6 April 2021, badai mereda dan konsolidasi penanggulangan dampak digalakan. Di hari itu Presiden Jokowi menggelar rapat terbatas secara virtual dan memberikan arahan bagi percepatan penanganan bencana di NTT dan NTB. Dalam rapat itu presiden memerintahkan penanganan cepat proses evakuasi, pencarian, dan penyelamatan korban yang belum ditemukan. TNI mengerahkan pasukannya untuk memperbaiki jembatan-jembatan yang putus sehingga jalur transportasi bisa segera berfungsi.
Dari Kupang diterima informasi bahwa airport Kupang sudah difungsikan lagi, sementara airport di Waingapu, Sumba, belum dapat dipakai akibat terendam banjir. Di tengah harapan yang semakin membuncah, berita dukacita terus berdatangan terkait korban jiwa dan harta benda yang terdata. Dari GMIT diinformasikan bahwa seorang pendeta Merly Kande dan dua orang anaknya meninggal seketika tertimpa reruntuhan atap gedung gereja. Berita ini tentu sangat mengenaskan mengingat dalam bencana seperti ini banyak warga berlindung di gedung gereja. Kondisi paska bencana diinformasikan sangat mengenaskan. Dari kota itu juga diinformasikan bahwa aliran listrik di rumah-rumah warga tidak akan berfungsi sampai bulan Mei akibat kerusakan instalasi. Jaringan serat optic masih rusak dan mempersulit komunikasi. Pdt. Merry Kolimon bahkan harus pergi ke warnet untuk memperoleh jaringan internet setelah kurang lebih dua hari tak bisa berkomunikasi ke luar NTT. Sampai hari ini ancaman tanah longsor masih terjadi di beberapa wilayah. Di Jemaat Eklesia, Klasis Pantar GMIT diinformasikan hampir semua rumah warga sudah tertimbun longsoran tanah, meskipun tak ada korban jiwa. Jemaat sudah dievakuasi ke gedung gereja dan sekolah. Jumlah korban jiwa berdasarkan laporan BNPB sampai hari ini telah mengalami peningkatan.
Hingga Selasa sore korban jiwa bertambah menjadi 86 orang, sementara korban hilang sebanyak 98 orang. Informasi BMKG yang diperoleh membangkitkan harapan. Siklon Tropis Seroja mulai meminggalkan Indonesia. Situasi ini memberi kesempatan bagi kerja-kerja penanggulangan dampak dan pemulihan secara lebih leluasa.
Dampak Bencana dan Skala Kerusakan
Bencana badai Siklon Tropis Seroja berdampak pada kerusakan wilayah yang luas maupun jatuhnya korban jiwa di berbagai wilayah NTT (dan NTB). Selain korban jiwa dan kerusakan fisik, berbagai wilayah di NTT terancam gagal panen akibat hancurnya persawahan dan ladang. Kondisi ini secara langsung akan berpengaruh pada memburuknya kesehatan masyarakat, serta menyisakan trauma bagi warga. Pendataan saat ini sementara dilakukan untuk mengetahui level keterpaparan masyarakat di daerah bencana, baik pada aspek kesehatan maupun sosial ekonomi.
Terputusnya jalur jalan dan jembatan mempersulit kerja-kerja pendataan maupun distribusi bantuan. Belum berfungsinya airport di Waingapu turut mempersulit distribusi bantuan bagi lembaga-lembaga kemanusiaan yang ingin masuk ke wilayah itu. Di harapkan dalam beberapa hari ke depan kendala transportasi lintas wilayah di NTT bisa diatasi sehingga mobilisasi kerja-kerja penanggulangan dapat semakin efektif dilakukan.
Koordinasi Lintas Gereja
Ketika seruan awal disampaikan dari NTT pada Sabtu, 3 April 2021, perhatian para pemimpin gereja mulai difokuskan ke NTT. Dukungan doa bagi saudara-saudara di NTT disampaikan oleh berbagai gereja anggota PGI. Saat itu belum jelas tergambar dampak kerusakan yang akibat dahsyatnya badai Siklon Tropis itu. Perhatian semakin serius diberikan Ketika berbagai informasi, foto dan video bencana serta dampak kerusakan mulai beredar di media sosial. Kordinasi ke NTT segera dilakukan pihak PGI pada Sabtu malam. Dari Ketua Sinode GMIT diperoleh nomor kontak Pdt. Ina Bara, Ketua Unit Tanggap Bencana Alam dan Kemanusiaan Majelis Sinode GMIT. Unit Penanggulangan Resiko Bencana (PRB) PGI segera melakukan kordinasi awal ke Kupang, sambil mengupayakan kordinasi serupa ke Sinode GKS.
Menyikapi memburuknya situasi, Ketum PGI meminta segera dikeluarkan siaran pers dan surat pastoral PGI kepada daerah-daerah terdampak di NTT untuk menyampaikan keprihatian PGI. Selain berkordinasi ke NTT, Unit PRB PGI segera melakukan kordinasi dengan Jaringan Komunitas Kristen untuk Penanggunalan Risiko Bencana (JAKOMKRIS) untuk memastikan rencana intervensi masing-masing lembaga.
Beberapa informasi terbarukan yang dikelola Unit PRB PGI terkait kordinasi dan intervensi jaringan gereja dan lembaga-lembaga Kristen untuk penanggulangan bencana di NTT di antaranya: Pada Selasa, 6 April 2021, diinformasikan bahwa YAKKUM Emergency Unit (YEU) telah berada di dua lokasi terdampak, yakni Kabupaten Malaka dan wilayah Kupang Timur (Posko Gereja Maranatha). Tagana Rajawali dari GBI sudah menggerakan tiga puluh relawan mereka di Kabupaten Flores dan dua puluh orang lainnya di Kabupaten Sumba yang berkonsentrasi untuk pengelolaan dapur umum maupun pengadaan air bersih. Gerakan Kemanusiaan Indonesia (GKI) telah mempersiapkan bantuan logistik namun belum terkirim karena masih membutuhkan informasi dukungan dari wilayah terdampak. Krisis Center Gereja Toraja telah tiba di Kota Kupang dan berpartisipasi dalam penanggulangan dampak bencana melalui Cabang Kebaktian Gereja Toraja di Kota Kupang. Dari Gereja Kristus Yesus (GKY) diperoleh informasi bahwa tim kemanusiaan GKY sudah membuka tiga posko di wilayah terdampak, masing-masing: posko Kupang, Posko Flores, dan Posko Sumba. Pengumpulan logistic sedang dikordinir oleh tim GKY di Jakarta dan akan segera didistribusikan ke wilayah-wilayah terdampak.
Selain intervensi langsung, PGI telah membuka dompet peduli bagi bencana di NTT. Melalui rekening khusus untuk NTT sejauh ini telah diterima partisipasi gereja-gereja anggota PGI maupun lembaga lain dan perorangan yang peduli. Setiap bantuan dan penyaluran diinformasikan ke WAG Pimpinan Gereja Anggota PGI, maupun kepada lembaga dan perorangan yang menyumbang. Sejauh ini Sinode GMIT dan GKS juga membuka rekening khusus bagi penyaluran donasi berbagai pihak. Beberapa lembaga dan jaringan Kristen diketahui telah membuka juga rekening khusus untuk menampung dan menyalurkan bantuan ke NTT, di antaranya Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi (PERUATI) wilayah Sumba dan Gereja Protestan Indonesia (GPI). Semoga kordinasi lintas gereja dan lembaga Kristen bagi penanggulangan bencana di NTT mempertegas keutuhan makna Oikoumene dimana setiap gereja bisa saling bertolong-tolongan menanggung beban sebagai satu keutuhan Tubuh Kristus.
Tindak Lanjut
Dengan berlalunya badai ganas Siklon Tropis Seroja, kerja-kerja kemanusiaan segera ditingkatkan. Saat ini dibutuhkan koordinasi data terpadu yang kiranya bisa segera dilakukan teman-teman lintas gereja di NTT. Hal ini penting bagi konsolidasi bantuan terhadap segmen masyarakat yang sangat membutuhkan. Data jumlah dan sebaran kelompok lansia, anak-anak, perempuan hamil, maupun yang cacat akan sangat membantu alokasi bantuan cepat. Sebaran pengungsi dan detail skala kerusakan serta kemudahan transportasi juga penting diinformasikan, sehingga tidak terjadi ketidak-adilan distribusi bantuan pada seluruh wilayah terdampak. Pendampingan psikososial paska bencana menjadi penting diperhatikan untuk meningkatkan semangat bertahan warga dalam situasi yang sulit. Dalam seluruh situasi ini PGI akan terus mengupayakan dukungan bagi NTT melalui kordinasi lintas gereja dan lembaga Kristen lainnya, maupun dalam kerjasama dengan pihak pemerintah maupun lembaga-lembaga non-gerejawi yang lain. Direncanakan pada akhir minggu ini, 10 April 2021, PGI akan melakukan kunjungan pastoral ke beberapa wilayah terdampak di NTT.
Pewarta : Tim Unit PRB PGI/Phil