JAKARTA,PGI.OR.ID-Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) melakukan Silaturahmi Ramadhan ke sejumlah organisasi masyarakat lintas agama, salah satunya Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), pada Kamis (6/5). Silaturahmi diisi diskusi bersama para pendeta, pimpinan sinode gereja, PGIW, dan SAG, secara hybrid, lewat tatap muka di Grha Oikoumene, Jakarta, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, juga online.
Rombongan BPIP dipimpin Kepala BPIP Prof. Yudian Wahyudi, dan didampingi oleh Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi Rima Agristina, Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan Baby Siti Salamah, beserta jajarannya.
Dalam sambutannya, Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom menegaskan, bagi PGI kemerdekaan Indonesia, NKRI, dan Pancasila adalah anugerah Tuhan bagi bangsa kita. Dan Sidang Raya di Waingapu pada November 2019 mencatat serta sekaligus mendeklarasikan hal ini sebagai anugerah bagi gereja-gereja di Indonesia sama seperti bagi bangsa Indonesia.
“Secara khusus Sidang Raya mencatat, adanya bangsa dan negara Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, adalah juga karya penciptaan Allah sebagai bagian dari pemeliharaan Allah atas bangsa-bangsa dengan tujuan menegakkan keadilan hukum, keamanan dan mewujudkan perdamaian, kesejahteraan serta memelihara kelestarian alam sesuai dengan kehendakNya,” jelasnya.
Pada kesempatan itu juga dijelaskan, dewasa ini beragam problematika masih menjadi tantangan tersendiri dalam kerangka kita berPancasila. Seperti, kebangkitan agama di satu sisi, tetapi minus moralitas, disintergasi dan segregasi bangsa akibat makin kuatnya tarikan-tarikan primordial, serta egosentrisme baik atas nama agama, suku atau atas kepentingan kelompok. Semua ini masih menjadi musuh kita bersama.
“Belum lagi penggumpalan kekuasaan yang bisa juga mencederai demokrasi serta berbagai praktek ketidakdilan yang masih kita hadapi di tengah-tengah bangsa. Pancasila merumuskan keadilan dua kali dalam sila kedua dan kelima, tetapi ini juga masih menjadi PR kita bersama,” tandasnya.
Dalam kerangka itu, lanjut Pdt. Gomar, PGI dan gereja-gereja di seluruh Indonesia mendukung sepenuhnya kerja-kerja BPIP, dan siap untuk bekerjasama membumikan Pancasila dalam keseluruhan aspek kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, serta menjadikan Pancasila semacam sipil religion di ruang publik kita di tengah bangsa ini.
Sementara itu, Prof. Yudian Wahyudi dalam sambutannya mengajak masyarakat bergotong royong mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila. Pasalnya, kebhinekaan berbentuk ragam suku, bangsa, agama, adalah bukti nyata anugerah Tuhan. “Keadilan dalam Pancasila itu diulang dalam dua kali sila. Yakni bagi seluruh rakyat Indonesia dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Itulah visi kita bermasyarakat dan bernegara,” ujar Yudian.
Ditambahkan, secara moral tugas manusia dalam kehidupan yang terpenting adalah, mengoptimalkan potensi positifnya dengan meninggalkan negatifnya sampai titik keseimbangan, itu yang disebut keadilan. “Sehingga keadilan itu hukum terbesar yang mengatur kehidupan fisik dan sosial. Makanya semua nabi tugas utamanya adalah menegakkan keadilan,” katanya.
Paradigma tersebut, menurut Yudian, yang beriringan dengan konsep Pancasila, bagaimana Pancasila bisa dikatakan religius sekaligus ber-perikemanusiaan, sakral juga profan, karena nilai-nilai yang terkandung di lima sila tersebut dapat dengan mudah ditemukan pada kitab suci di ke-enam agama resmi di Indonesia.
Pada kesempatan ini, Kepala BPIP menyampaikan terimakasih atas dukungan yang diberikan PGI, dan sekaligus berharap hubungan yang terjalin tidak sebatas saat kegiatan silaturahmi ini saja.
Anggota Dewan Pengarah BPIP Pdt. A.A. Yewangoe dalam arahannya yang disampaikan melalui fasilitas zoom, menyampaikan rasa sukacita karena silaturahmi BPIP dan PGI di Ramadan, bulan baik bagi umat Islam. “Kita berharap berkat dan rahmat mengalir dalam pertemuan ini,” ucap Andreas.
Mantan Ketum PGI ini menjelaskan, saat Indonesia sedang menuju 100 tahun kemerdekaan pada 2045. Pertanyaannya, apakah nanti Indonesia sesuai cita-cita The Founding Fathers? “Saya yakin kita akan tiba di sana. Jika kita tetap berpegang pada nilai-nilai Pancasila yang dinamis. Bukan hanya mampu menantang masa depan, juga memelihara identitas bangsa,” katanya.
Pewarta: Markus Saragih