JAKARTA,PGI.OR.ID-Pada Maret 2020, Majelis Jemaat GKI Pondok Indah (GKI PI) mengambil salah satu keputusan penting dalam perjalanan pelayanan hidup menggereja di tengah situasi dunia yang dihantam oleh pandemi covid 19. Keputusan yang tidak mudah namun harus segera dilakukan. Maka sejak saat itu GKI PI mengubah bentuk pelayanan ibadah minggunya menjadi pelayanan Online. Gereja pun ditutup. Keputusan yang tidak mudah namun harus dilakukan karena Gereja ada di tengah dunia yang menderita dan Gereja harus berperan serta menjadi alat Tuhan yang memelihara kehidupan.
Tindakan awal ini diikuti dengan pembentukan Tim Gugus Tugas (TGT) Covid yang bergerak cepat dan dinamis memantau perkembangan situasi pandemi serta menentukan kebijakan-kebijakan berkaitan dengan pelayanan di GKI PI. Seiring dalam perjalanannya, TGT GKI PI melihat perlunya menyediakan tempat untuk isolasi mandiri (isoman) yang ditujukan bagi mereka yang mengalami kesulitan melakukan isoman di rumah.
Ada berbagai situasi yang membuat seseorang tidak dapat melakukan isoman di rumah, misalnya terbatasnya ruang, banyaknya penghuni, ada pihak-pihak yang memiliki resiko tinggi jika terkena virus covid-19 seperti orang tua, mereka yang memiliki penyakit penyerta dan anak kecil. “TGT GKI Pondoh Indah mulai memikirkan dan merencanakan mengubah dan menyulap gedung pertemuan Grha Persahabatan menjadi tempat isoman. Hal ini mulai dirintis pada bulan Desember 2020. Kami memulai dengan menyekat ruangan menjadi tempat isoman, menyediakan beberapa fasilitas yang diperlukan. TGT pun mempersiapkan perangkat SOP, melibatkan tim Klinik GKI Pondok Indah untuk memantau kesehatan para pasien isoman,” papar pendamping Pondok Isoman Sahabat (PIS) GKI PI Pdt. Dahlia Vera Aruan M.Th.
Lebih jauh dijelaskan, dalam perjalanannya TGT GKI PI terus berusaha untuk meningkatkan pelayanan ini. Sehingga pada Juli 2021 dibentuk tim khusus yang mengelola pelayanan kesehatan bagi pasien covid menjadi Tim Penanganan Covid GKI PI Mandiri (PCGM), yang dalam pelayanannya melibatkan lebih banyak anggota jemaat termasuk anggota jemaat di wilayah-wilayah untuk ikut serta memantau dan mendampingi para pasien.
Pelayanan PCGM mencakup penyediaan tempat isoman di Grha Persahabatan yang kemudian disebut dengan Pondok Isoman Sahabat (PIS), bantuan pengadaan obat, vitamin, dukungan doa, informasi RS dan jejaring wilayah agar wilayah ikut mendampingi kondisi anggota jemaat di wilayahnya yang terkena covid, serta bantuan oksigan. “Ini pelayanan yang tidak mudah namun kami berupaya untuk dapat memberikan bantuan yang bisa kami lakukan dalam situasi sulit ini. Kami juga memakai fasilitas online pemerintah untuk mendukung dan melengkapi pelayanan di PCGM misalnya aplikasi Sinarap,” katanya.
Menyinggung prosedur isoman di PIS GKI PI, dijelaskan Pdt. Dahlia Aruan, yang harus dilakukan yaitu menghubungi Halo Sahabat GKI PI, melaporkan kondisi kesehatannya dan hasil PCR (mereka yang bergejala ringan), mengadakan interview bersama dengan TIM, menandatangani kesepakatan, dan ada penjamin yaitu anggota GKI PI. Selanjutnya barulah mempersiapkan ruangan, dan siap untuk isoman.
Sedangkan fasilitas yang tersedia meliputi kamar (tempat tidur, meja kursi, lemari), konsultasi dan pengawasan dokter lewat WAG, mesin cuci, wifi, obat, vitamin, catering yang diadakan secara mandiri, alat kebersihan, dan roof top untuk berjemur dan olah raga. Untuk mendukung evakuasi pasien ke rumah sakit, PIS GKI PI pun menyulap 1 kendaraan gereja menjadi ambulance darurat.
“Hingga saat ini kurang lebih sudah 29 orang sejak Desember telah sehat dari proses isoman di PIS. Kami menyediakan 9 ruangan isoman dan sedang diupayakan menjadi 18 ruangan. Saat ini ada 3 orang yang sedang melakukan isoman di PIS GKI PI. Tim PIS bekerja sama dengan jejaring wilayah untuk memantau anggota jemaat yang melakukan isoman di rumah. Kendala yang kami hadapi saat ini adalah keterbatasan tim medis, akses untuk mendapat pendukung medis seperti obat dan vitamin yang menjadi semakin sulit untuk diperoleh,” tambahnya.
Menurut Pdt. Dahlia Vera Aruan, apa yang mereka lakukan hanya bagian kecil yang bisa dilakukan gereja di tengah kesulitan bersama ini. Namun diharapkan dapat mendorong semua pihak untuk berpartisipasi memberikan bantuannya di masa pandemi ini.
“Kami menghayati pelayanan ini seperti memberi makan 5000 orang dengan 5 roti dan 2 ikan namun di dalam cinta dan kuasa Tuhan, kami percaya ini akan menjadi berkat menjangkau mereka yang menderita. Kiranya persekutuan kita sebagai umat manusia semakin kokoh untuk saling bertolong-tolongan menanggung beban ini,” pungkasnya.
Pewarta: Markus Saragih