AMBON,PGI.OR.ID-Sumberdaya paling besar dan berharga bagi bangsa ialah anak-anak, mengisi 1/3 populasi di Indonesia. Mereka pemegang kekuatan dan penerus bangsa. Sayang, masih banyak anak-anak kita belum dapat haknya dan pengakuan, sehingga mereka belum bertumbuh serta berkembang dengan baik.
Sebab itu, diharapkan peran Gereja yang ramah anak dapat terus ditingkatkan dalam menjamin terlindunginya hak dan kewajiban anak. Baik hak hidup, tumbuh kembang, belajar, dan berkreasi sesuai potensi dan minat, ditengah banyaknya tindak kekerasan pada anak.
Demikian sambutan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, Bintang Puspayoga, saat pembukaan kegiatan Perkemahan Ceria Anak Sekolah Minggu (Percasmi) PGI 2023, di Gedung Baileo Oikumene, Jalan Pattimura, Uritetu, Kota Ambon, Maluku, pada Senin (26/6/2023).
“Apresiasi bagi anak-anak di Ambon, Maluku yang memberi ruang kreatif lewat musik Ukulele, suling. Itu solusi yang harus didorong terus guna atasi kecanduan gadget di era sekarang. Anak-anak harus dijadikan sebagai pelopor dan pelaku, dengan mendorong mereka kreatif dan inovatif,” ujarnya.
Dia pun berharap lewat Percasmi, anak-anak Sekolah Minggu seluruh Indonesia yang terlibat bisa menjadi saluran informasi positif ke anak-anak lainnya dan menjadi pelopor lahirnya program-program pengembangan spiritual anak di Gereja-gereja.
Bintang Puspayoga juga mengapresiasi PGI yang memberi perhatian besar terhadap tumbuh kembang anak di Indonesia sehingga untuk keempat kalinya menggelar Percasmi, yang kali ini berbeda karena diluar Pulau Jawa.
Sementara itu, Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom menyampaikan, bahwa Gereja-gereja di Indonesia sudah sejak lama mencanangkan perlunya digerakkan Gereja Ramah Anak. GPM, yang menjadi tuan rumah Percasmi 2023 ini, bahkan sudah memutuskan lewat persidangan sinode, agar di setiap klasis tersedia sedikitnya satu rumah singgah, sebagai wadah pendampingan bagi perempuan dan perlindungan bagi anak-anak, yang oleh berbagai sebab terlunta dan mengalami kekerasan.
“Sayangnya, belum semua gereja menggelorakan semangat ini. Di berbagai tenpat kita masih saksikan kehadiran anak masih dianggap sebagai pelengkap dalam kehidupan bergereja. Ibadah-ibadah sekolah minggu diperlakukan sebagai proses latihan untuk ibadah gerejani, dan pelayanan anak hanya komplementer sifatnya dalam agenda gerejani kita. Pelayanan anak sekolah minggu sarat dengan kotbah-kotbah yang menggurui dan sangat minim dengan permainan, sesuatu yang sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak. Manusia adalah homo ludons, makhluk bermain,” jelas Ketum PGI.
Akibatnya, tanpa disadari pelayanan anak di gereja kita tak mampu mengembangkan potensi anak secara penuh dan bahkan tak jarang malah merenggut masa tumbuh kembang anak yang mestinya difasilitasi dan dilindungi oleh gereja.
Ini semua, lanjut Pdt. Gomar Gultom, merupakan penyia-nyiaan terhadap kepentingan terbaik anak dan tentu juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak anak sebagaimana dijamin oleh Konvensi Hak Anak Internasional dan berbagai produk undang-undang di Indonesia. Kalau hal-hal seperti ini dibiarkan terus terjadi, kualitas masyarakat kita akan terus terdegradasi di masa depan.
Sebab itu, dibutuhkan kesadaran kolektif kita semua untuk melindungi kepentingan terbaik anak, dan tidak membiarkan apapun merenggut kesempatan mereka bermain sebagai anak-anak, sesuatu yang sangat dibutuhkan proses tumbuh kembangnya, yang pada gilirannya akan menjadi generasi tangguh buat bangsa kita.
Dia pun berharap, melalui Percasmi ini para pendamping atau pembina Sekolah Minggu, dapat saling berbagi informasi, pengalaman dan harapan; agar melalui pengalaman bersama ini, sekembali dari Percasmi ini dapat menjadikan gereja kita sebagai garda terdepan dalam melindungi kepentingan terbaik anak melalui pelayanan gerejani kita.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) Pdt. Elifas Tomix Maspaitella, M.Si, menegaskan, bahwa GPM juga memberikan perhatian besar terhadap gereja yang ramah anak.
“Kami sejalan dengan apa yang menjadi konsep PGI terkait gereja ramah anak. Apa yang kami lakukan adalah dengan titik berat kepada program pencegahan tindakan kekerasan seksual terhadap anak. Melalui klasis kami pun telah memfungsikan 22 Rumah Aman. Memang masih terbentur dengan faktor kultural, dan dibutuhkan alternatif baru untuk pelayanan secara integral. Kami pernah fokus terhadap anak dengan HIV melalui pembangunan Rumah Beta, guna menjamin kesehatan dan pendidikan mereka,” paparnya.
Ditambahkan, GPM akan terus berusaha untuk berjalan bersama-sama dengan gereja-gereja di Indonesia dalam rangka membangun eklesiologi yang berpusat kepada anak.
Pembukaan Percasmi PGI 2023 berlangsung semarak dengan penampilan sejumlah musik tradisional, yang menjadi ikon Ambon City of Music. Tidak hanya peserta, Menteri dan Ketua Umum PGI, hadir pula perwakilan Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama RI, Asisten III Setda Maluku mewakili Gubernur, Piet Rangkoratat, Ketua dan MPH Sinode GPM, Penjabat Walikota Ambon.
Tercatat sekitar 200 orang anak Sekolah Minggu bersama pendamping mewakili sinode gereja anggota PGI, turut serta memeriahkan kegiatan yang akan berlangsung sejak 26-29 Juni 2023 ini. Sedangkan Percasmi PGI 2023 sendri mengusung tema “Anak Indonesia Ceria”.
Pewarta: Markus Saragih