Mataram 10/8 – Menyelusuri jalan-jalan di kota Mataram, kami menuju sebuah rumah ibadah yang mengalami permasalahan di wilayah Sandubaya, Mataram. Kami disambut Pendeta Jafar Silasko (46), selaku Gembala Sidang, Pimpinan Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Rhema Sandubaya, Mataram, NTB beserta 2 anggota jemaatnya.
Jemaat GKII Rhema Sandubaya memulai ibadah Minggunya pada Agustus 2018 di perumahan BTN Griya Geta. Pada 2020 awal, Pendeta Jafar bersama jemaatnya secara kolektif membeli rumah tipe 36. Lalu, merenovasi menjadi GKII Rhema Sandubaya. Pada 2020, mereka mulai beribadah. Namun, memasuki April 2021, aparat keamanan mendatangi rumah ibadahnya, serta terlampir surat dari Kecamatan Sandubaya untuk disuruh menutup sementara GKII Rhema Sandubaya sampai mendapatkan izin.
Setelah Natal, tanggal 27 Desember 2022 sudah tidak diperbolehkan ibadah di GKII Rhema oleh beberapa oknum masyarakat. Saat ini GKII Rhema beribadah sementara di aula kantor Kemenag kota Mataram atas ijin Kepala Kantor Wilayah Agama Provinsi NTB.
Dalam kunjungan ke GKII Rhema Sandubaya, Mataram, PGI memberikan dukungan untuk penyelesaian masalah ini. PGI yang hadir dipimpin Wasekum PGI, Pdt. Krise Gosal mendengarkan kronologi peristiwa sampai terusirnya jemaat untuk beribadah di GKII Rhema Sandubaya. Pdt Krise memberikan penguatan bagi gembala sidang dan jemaat yang hadir saat itu bahwa pemerintah mesti menghargai hak beribadah setiap warganya. Kunjungan itu ditutup dengan berdoa yang dipimpin oleh Pdt. Jimmy Sormin.
Peristiwa itu masih membekas bagi jemaat yang saat ini beribadah di kantor Kemenag kota Mataram. Bukan di rumah ibadah yang mereka bangun bersama. Hal ini mendorong SE KKC mengundang Pdt. Jafar Silasko untuk mengikuti Fellowship Pelatihan Mediasi yang diadakan di Mataram, NTB dari tanggal 7-11 Agustus 2023. Setiap sesi diikuti Pdt. Jafar dengan serius. Dan pengalaman pelatihan mediasi ini menjadi bekal untuk semakin memahami tentang mediasi.
“Pelatihan ini sangat bagus untuk membekali kami dalam menyelesaikan permasalahan kami”, ungkap Pdt. Jafar. “Banyak hal yang baru kami pelajari dan langsung praktek di dalam simulasi. Pelatih dan teman-teman pelatihan membantu kami mengenal teknik dan praktek mediasi dengan kasus yang beragam.”
“Banyak pihak yang sudah membantu kami, Rumah Moderasi Beragama UIN Mataram, NU, Sejuk dan PGIW. Bahkan ada media nasional sudah memberitakan hal ini, namun belum dapat membawa kami kembali beribadah ke tempat semula. Pemerintah kota sudah membantu permasalahan ini, namun perijinan masih belum keluar juga. Saya berharap melalui pelatihan mediasi ini bisa membawa proses mediasi yang dapat menyelesaikan permasalahan kami. Dan membangun jaringan untuk kasus-kasus yang sama seperti yang kami alami.”, ucap pdt. Jafar dengan penuh harap.