BOGOR.PGI.OR.ID-Sebanyak 90 pemuda-pemudi lintas iman mengikuti kegiatan Temu Kebangsaan (Tembang) Orang Muda 2023, yang digelar di Pondok Remaja Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Bogor, Jawa Barat, Jumat (14/7/2023) hingga Minggu (16/7/2023).
Kegiatan bertajuk “Orang Muda Mewujudkan Demokrasi Digital yang Damai dan Inklusif” ini, adalah ruang pertemuan orang-orang muda di Indonesia yang diprakarsai oleh 5 lembaga yakni Komisi Kepemudaan Konferensi Wali gereja Indonesia (KomKep KWI), Jaringan Gusdurian (JGD), Biro Pemuda dan Remaja Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (BPR PGI), Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI), dan Dewan Pengurus Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu (DPN PERADAH).
Selain demi tercapainya pemahaman demokrasi digital yang efektif dan efisien, kegiatan ini juga bertujuan demi tersusunnya budaya menghargai nilai-nilai inklusivitas di tengah keberagaman, serta tercapainya rencana tindak lanjut yang efektif dan efisien.
Ketua Panitua Temu Kebangsaaan Orang Muda 2023, Erna Samosir menuturkan, pada data proyeksi penduduk Indonesia 2015-2045, berdasarkan data yang disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 318,9 juta jiwa pada 2024.
“Terkait itu, Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pun memperkirakan bahwa Pemilu 2024 akan didominasi oleh generasi Z dan milenial yang berada di rentang usia 17-39 tahun,” ujarnya.
Berdasarkan hasil survei CSIS, kata Erna, jumlah kedua generasi tersebut mendekati 60% dari total pemilih. Di sisi lain, Survei Katadata Insight Center (KIC) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menunjukkan bahwa masih terdapat masyarakat yang menyebarkan informasi bohong atau hoaks. “Sebanyak 11,9% responden mengakui telah menyebarkan berita hoaks pada 2021. Orang muda sering kali menjadi korban dari informasi palsu atau hoax yang tersebar di media sosial,” terangnya.
Sementara data ChildFund terbaru, lanjut Erna, menunjukkan, hampir 60% anak dan remaja mengaku pernah menjadi korban cyberbullying. Sedangkan hampir 50% anak dan remaja mengaku pernah jadi pelaku cyberbullying tahun 2022 ini yang melibatkan 1610 anak dan remaja usia 13-24 tahun. Temuan kunci dalam riset ini, 5 dari 10 anak dan remaja menjadi pelaku perundungan online. Selain itu, 6 dari 10 anak dan remaja menjadi korban perundungan online.
Dia menambahkan, orang muda juga sering menjadi korban dari cyberbullying yang terjadi di dunia maya. Hal ini dapat mengganggu kesehatan mental dan emosional orang muda sehingga dapat terpengaruh atas konten berisi pandangan negatif dalam hal politik dan agama.
Berdasarkan hal di atas, Erna menyebutkan, partisipasi orang muda sangat diperlukan untuk kembali mengaktifkan demokrasi berkualitas yang damai dan inklusif, sekaligus untuk mewujudkan toleransi di ruang digital. “Agar dapat berkontribusi aktif mewujudkan demokrasi digital, orang muda harus harus memiliki literasi digital yang cukup mencakup pengetahuan dan kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya,” jelasnya.
“Untuk mendorong kontribusi aktif orang muda dalam membangun demokrasi digital yang kritis, sistematis dan membawa manfaat bagi kehidupan bersama, orang muda juga perlu memiliki keberpihakan terhadap isu sosial (gender, disabilitas, politik identitas, dan inklusivitas) di sekitarnya,” bebernya.
Oleh karena itu, dia katakan, Tembang menyadari perlunya mempertemukan aktor-aktor gerakan orang muda yang berasal dari latar belakang berbeda, untuk mendiskusikan tantangan, memetakan strategi dan merumuskan solusi sebagai buah pikir bersama melalui kegiatan Temu Kebangsaan Orang Muda tahun 2023.
Pewarta: Tiara Salampessy