INDRAMAYU,PGI.OR.ID-Para anak muda lintas iman dan lintas budaya, peserta Tanah Air itu Bhinneka (TAB) 2023 Goes to Indramayu, diingatkan lagi bahwa bangsa Indonesia punya DNA (Deoxyribo Nucleic Acid, merupakan molekul yang memuat seluruh instruksi genetik yang dibutuhkan oleh semua organisme), yakni keberagaman dan persatuan.
Pernyataan tersebut disampaikan Dr. Leonardo Ch. Epafras, dosen, peneliti dan instruktur pelatihan dari Indonesian Consortium for Religous Studies (ICRS), Universitas Gajah Mada, usai memberikan materi “Agama dalam Mayantara”, kepada peserta Tanah Air itu Bhinneka 2023 Goes to Indramayu, di Tamiyang, pada Rabu (21/6/2023).
“Tugas kita di acara TAB ini adalah membantu mereka. Mendudukkan mereka kembali bahwa bagaimanapun kita adalah bangsa Indonesia yang punya DNA untuk keberagaman dan persatuan. Nah di sinilah titik strategis bagi mereka,” ujar Leonardo.
Menurut dia, ada 116 juta milenial dan generasi Z yang akan menjadi peserta pada Pemilu 2024. “Jadi kita ingin mereka sudah dipersiapkan, karena mereka akan banyak sekali aktif di media sosial. Mereka dipersiapkan untuk menggunakan media sosial dengan lebih bijak,” ucapnya.
Mereka para generasi muda ini, disebutnya, menjadi harapan bangsa untuk menggantikan generasi sebelumnya, dengan harapan ada kepemimpinan yang baru, yang siap menghadapi tantangan-tantangan yang juga baru. “Tantangan-tantangan baru ini, semakin hari semakin berat dan luar biasa menantang, sehingga kita perlu mempersiapkan mereka. Mereka tidak bisa dibiarkan berjalan sendiri, kita menemani dan mendampingi mereka,” tandasnya.
Lanjut Leo, generasi muda ini tentu akan menjadi diri sendiri. “Mereka perlu mengetahui dunia ini, yang tentu saja tidak sama dengan angkatan saya yang ‘kolonial’,” tutur Leo sambil tersenyum.
Menyinggung tentang artificial intelligence, Leo menilai, masih belum bisa dikatakan beresiko. Semua itu tentu ada yang positif, dan ada yang negatif. “Kebanyakan rasa takut orang itu muncul, karena terlalu asing dengan teknologi ini, yang mungkin bisa mempengaruhi pekerjaan serta cara mereka berpikir,” terangnya.
“Nah itu juga yang mengapa anak muda harus kita bantu, karena kami tentu saja terbatas sekali kekuatan dan kapasitas kami. Merekalah yang jauh lebih mampu dan lebih sensitif terhadap teknologi. Lihatlah nanti jadinya seperti apa. Tadi itu kita persiapkan mereka untuk dibekali,” tegasnya.
Menurut dia, kaum tua juga perlu ikut mendorong, membangun dan membuka jalan bagi para anak muda ini untuk berkembang. “Makin canggih, makin sulit diikuti. Nah merekalah yang akan kita harapkan untuk itu,” pungkasnya.
Di hari kedua kegiatan Tanah Air itu Bhinneka (TAB) 2023 Goes to Indramayu, yang merupakan kerjasama Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dengan Gereja Kristen Pasundan ini, 30 anak muda peserta kegiatan, selain mendapatkan paparan soal “Agama dalam Mayantara”, juga diajak “Mengenal Konteks Jawa Barat, dan Tamiyang Mengenal Jakatarub, dan GKI”, juga ada materi tentang “Religiositas Indonesia dan Tantangannya”.
Pewarta: Tiara Salampessy