Di Tengah Maraknya Politik Identitas, Gereja Diminta tak Mengeraskan Kubunya
JAKARTA,PGI.OR.ID-Di tengah tantangan maraknya populisme dan politisasi identitas saat ini, gereja-gereja ditantang tidak mengeraskan kubunya, tetapi untuk keluar dari zona nyamannya dan mengambil pola hidup Kristus yang telah meninggalkan kemuliaan-Nya di surga, mengosongkan diri dan menjadi manusia (Yoh 1:14) dan tergerak hati-Nya oleh belas kasihan kepada semua orang yang sakit, lelah dan terlantar seperti domba tanpa gembala.
Pernyataan tersebut disampaikan Sekretaris Umum (Sekum) Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Pdt. Jacklevyn Frits Manuputty, ketika memberikan sambutan dalam perayaan HUT ke-73 PGI, di GKY Kebayoran Baru, Jakarta, pada Minggu (28/5/2023).
“Demikianlah gereja dipanggil untuk selalu menyangkal diri, dan mengorbankan kepentingannya sendiri agar semua orang yang menderita karena berbagai penyakit dan kelemahan, yang merindukan kelepasan dapat mengalami pembebasan dan penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus (Mat 9:35-38; Luk 4:18-19)”, hal mana ditegaskan dalam pokok Pemahaman Bersama Iman Kristen PGI tentang Gereja,” ujarnya.
Pdt. Jacky menyebutkan, tema bulan Oikoumene 2023 mengikuti tema Sidang Raya Dewan Gereja Dunia 2022 di Karlsruhe. Tema tersebut, lanjut dia dilandaskan kepada teks 2 Korintus 5:14 yang bicara mengenai kasih Allah dalam Trinitas yang menguasai orang percaya untuk bergerak ke luar dan menawarkan kasih kepada yang lain.
“Kasih Kristus, yaitu Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, diberikan tidak hanya untuk golongan tertentu, melainkan untuk semua ciptaan (bdk. Kol. 2:9). Melalui kasih dan pengorbanan Kristus, Allah mendamaikan diri-Nya dengan dunia (2 Kor. 5:19). Kristus tergerak oleh belas kasih,” ucapnya.
Sebagai tubuh Kristus, kata Pdt. Jacky, gereja diutus untuk menyatakan Misi Allah melalui karya kesaksian, karya persekutuan yang penuh kasih, serta karya pelayanan kepada yang membutuhkan, dalam doa bagi semua makhluk. “Perayaan HUT PGI ke-73 saat ini, diselenggarakan dalam suasana kebangsaan yang semakin hingar bingar menjelang berlangsungnya pesta demokrasi pada tahun depan. Dalam situasi ini, gereja tentunya bukanlah entitas yang tuna politik,” tandasnya.
Peran dan panggilan politik PGI, lanjut Pdt. Jacky, telah sejak lama dirumuskan. PGI telah menegaskan bahwa gereja-gereja di Indonesia tidak terlibat dalam politik kekuasaan dan menolak agama diperalat dalam percaturan kekuasaan untuk kepentingan sesaat dari satu golongan politik.
Dia katakan, gereja mengakui bahwa Pancasila adalah anugerah Allah bagi kemajemukan bangsa ini, yang karenanya harus sungguh-sungguh diperjuangkan penerapan nilai-nilainya dalam seluruh sendi hidup bernegara dan berbangsa. “Setiap bentuk pengingkaran terhadap nilai-nilai luhur Pancasila merupakan penyangkalan terhadap anugerah besar Allah bagi bangsa ini, mengancam keutuhan integrasi bangsa ini, dan karenanya harus ditentang dan dilawan,” tegasnya.
Dalam tahun politik yang semakin gaduh ini, tambah Pdt. Jacky, PGI mengajak gereja-gereja untuk bersama-sama merumuskan sikap politik dan kebangsaan yang turut memberikan arahan etis bagi tegaknya demokrasi yang substansial demi terciptanya kebaikan bagi semua anak bangsa. “Pada kesempatan ini PGI mengingatkan warga gereja yang bergiat dalam politik kekuasaan, untuk berpolitik dengan santun dan beradab, menghindari cara-cara kotor berpolitik, dan bertekad menyeimbangkan kekuasaan, keadilan, dan kasih, dalam setiap langgam politiknya,” pungkasnya.
Ibadah syukur dan perayaan HUT ke 73 PGI berlangsung semarak, dengan melibatkan Paduan Gloria Dei Cantores (GKY), STT IKAT Jakarta, Kroncong Yudha & Friends (GKJ dan GKP) Paduan Suara Anak HKI Pulomas, PS Gita Bhakti (GPIB), serta Grup Kolintang Mattea – GPIB Paulus.
Pada kesempatan itu, Pdt. Dr. Freddy Lay dalam khotbahnya mengingatkan gereja-gereja pentingnya konsilidasi, koordinasi, dan kolaborasi dalam menghadapi tantangan yang begitu kompleks, baik yang dialami bangsa, tetapi juga gereja.
“Tiga hal ini penting dilakukan. Dengan kesatuan mengingatkan kita yang telah diberikan talenta dan kelebihan masing-masing, disatukan dalam kolaborasi, untuk satu misi yang sama yaitu mewujutkan kasih Kristus dalam menggerakkan dunia menuju rekonsiliasi dan persatuan,” tandasnya.
Selain MPH, MP, BPP PGI, serta staf dan karyawan, dalam acara tersebut hadir pula perwakilan PGIW, pimpinan sinode gereja, lembaga mitra, pensiunan PGI, sahabat lintas iman PGI, Wamen Pariwisata & Ekonomi Kreatif Angela H. Tanusoedibjo, Wamen ATR/BPN Raja Juli Antoni, Hakim MK Daniel Yusmik Pancataski Foek, dan Dirjen Bimas Kristen RI Dr. Jeane Marie Tulung S.Th., M.Pd.
Pewarta: Tiara Salampessy