JAKARTA,PGI.OR.ID-Kidung pujian selama berabad lamanya menjadi pengiring liturgi gereja. Dalam perjalanannya, keberadaan kidung pujian hadir tidak hanya di dalam liturgi gereja, namun juga menjadi kebutuhan ibadah umat Tuhan di manapun berada.
Selama puluhan tahun gereja-gereja di Indonesia menggunakan Kidung Jemaat sebagai buku himne di dalam kebaktian. Tercatat sebanyak 478 lagu disusun dan diterbitkan oleh Yayasan Musik Gerejawi (YAMUGER) sejak tahun 1986. Demi melengkapi Kidung Jemaat yang telah lebih dahulu diterbitkan, dan pada tahun 2017 YAMUGER menerbitkan Kidung Keesaan.
Guna menggaungkan penggunaan lagu-lagu Kidung Keesaan kepada jemaat, YAMUGER berkolaborasi dengan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menggelar malam puji-pujian bertajuk Hymn Singing, bertepatan dengan HUT ke 56 YAMUGER, di Auditorium Grha Oikoumene, Jakarta, pada Sabtu (11/2/2023) malam.
Mengusung tema Love The Earth, Love One Another, and Keep United, lagu-lagu Kidung Keesaan dinyanyikan dengan apik oleh PS Teruna GPIB Nazareth, Kolintang Torang Samua Basudara, PS Mazmur Bakti Umum GIA, PS Kaum Lansia GKPI Rawamangun, PS Anak Ecclesia GKI Serpong, Fanning The Flame, PSDC GKJ Nehemia, PS Pemuda GKP Depok, Band Rawinala, dan Svara YAMUGER. Jemaat pun tampak antusias mengikuti acara yang juga ditayangkan melalui kanal youtube ini.
Adapun lagu-lagu tersebut, antara lain Tuhan Kau yang Maha Besar, Yesus Raja Damai, Masih Ada Waktu, Gembala Baik Bersuling Nan Merdu, Datanglah Ya Sumber Rahmat, Haleluya Pujilah Tuhanmu, Firman-Mu Tuhan Suluh Bagiku, dan Kasih Pasti Lemah Lembut.
Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom dalam pemberitaan firman di acara ini menuturkan, bahwa kidung puji-pujian yang dilantunkan dalam sebuah ibadah merupakan wujud dari ungkapan syukur yang bernilai setara dengan pesan khotbah. “Ibadah kita tidak kurang di mata Tuhan walaupun tanpa adanya khotbah sekalipun. Lewat kidung puji-pujian yang kita lantunkan kita sudah ikut memuliakan nama Tuhan,” jelasnya.
Namun, menurutnya, menjadi catatan saat ini adalah bagaimana umat dimampukan untuk menjawab tantangan dalam mengubah pesan yang terkandung di dalam setiap lagu pujian menjadi laku di dalam keseharian. Untuk itu, dia pun mengajak jemaat untuk selalu bersyukur, menterjemahkan serta mempraktikkan syair lagu-lagu pujian tersebut.
Hal senada juga diungkapkan Sekretaris Umum PGI Pdt. Jacklevyn Fritz Manuputty. Dalam sambutannya dia mengatakan, bahwa pelayanan musik dan puji-pujian bukan sekadar tempelan dalam ibadah, tapi juga sarana dalam menyampaikan firman. Sebab itu, ketersediaan buku nyanyian merupakan sebuah kebutuhan yang tidak terhindarkan, termasuk Kidung Keesaan.
“Nyanyian gerejawi pun mengalami perubahan. Ini berarti gereja senantiasa bertumbuh dan berkembang, juga lewat nyanyian gerejawi. Maka Kidung Keesaan sangat penting untuk dimiliki dan diinternalisasi dalam dinamika berjemaat,” tandasnya, sambil mendorong agar Kidung Keesaan menjadi buku nyanyian utama dalam peribadahan.
Sedangkan Ketua Dewan Pengurus YAMUGER Pdt. Daniel Zacharias, M.Th, berharap agar Kidung Keesaan dapat dipergunakan oleh gereja-gereja. “Ketika PGI merayakan Ulangtahun di 2017 di GKI Rawamangun, Bapak Tigor Tanjung menyerahkan buku Kidung Keesaan kepada Pdt. Ery Lebang, ketika itu Ketua Umum PGI, ini menjadi tonggak Kidung Keesaan dapat digunakan oleh jemaat untuk menggantikan Kidung Jemaat,” jelasnya.
Kini, ujar Pdt. Daniel, Kidung Keesaan telah mengalami kemajuan yaitu dengan munculnya Kidung Keesaan 4 Suara, serta Kidung Keesaan dengan platform digital.
Dipenghujung acara, Pengurus YAMUGER, anak dari para pendiri YAMUGER, dan MPH-PGI menyerahkan buku Kidung Keesaan kepada seluruh para pengisi acara, dan dilanjut dengan pemotongan kue ulang tahun yang disaksikan oleh seluruh undangan.
Pewarta: Markus Saragih