Oleh: Chris Poerba
Pada 2 September 2023, Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) memperingati Jubileum 120 tahun Injil datang di Tanah Sumalungun, Sumatera Utara. Mengenang peristiwa tersebut tidak lepas dan sosok Djaulung Wismar Saragih, pendeta pertama di Simalungun dan mendirikan GKPS.
Hoekema dan Swellengrebel menyebut Wismar dengan Martin Luther dari Simalungun (Een Simaloengoensche Luther) atas perannya sebagai orang Nusantara yang pertamakali menerjemahkan Alkitab secara mandiri ke salah satu bahasa di Nusantara: Simalungun. Alkitab Nusantara. Melalui Wismar, maka kitab suci dapat dibaca semua orang, khususnya orang Simalungun, karena pada waktu itu, kitab suci hanya otoritas para penginjil zending Jerman RMG saja.
Selain memiliki peran dalam hal agama, kiprah Wismar juga terdapat dalam bidang kesenian, kebudayaan, kesetaraan gender dan perempuan, diantaranya: mendirikan Comite Na Ra Marpodah Simalungun (1928), Menerbitkan Sinalsal majalah pertama di Simalungun (1931-1942), penerjemah Alkitab pertama di Nusantara (1928-1950), penyusun Kamus Simalungun pertama (1937), perintis Museum Simalungun (1939), dan perintis Sekolah Perempuan pertama. Biografi lengkapnya dapat dibaca di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Jaulung_Wismar_Saragih
Wismar pun merintis sekolah perempuan yaitu ‘Sekolah Putri’ yang berlangsung pada sore hari (1915). Sama halnya dengan para perintis lainnya sekitar tahun 1900, seperti Dewi Sartika mendirikan ‘Sakola Istri’ (1904), Roehana Koeddoes mendirikan sekolah perempuan ‘Kerajinan Amai Setia’ (1911), ‘Sekolah Kartini’ (1912) didirikan oleh Yayasan Kartini oleh Keluarga Kartini.
Deventer seorang tokoh Politik Etis, dan Wismar mendirikan Sekolah Putri Sore (1915). Berbeda dengan ketiga nama yang telah disebut sebelumnya (Sartika, Koeddoes, Kartini), maka di Simalungun sekolah untuk perempuan dirintis oleh seorang laki-laki: Wismar Saragih. Saya telah menulisnya dengan judul “Emansipasi Simalungun dan ‘Herstory’ dari Tiga Ompung Boru” dalam buku Gender, Seksualitas, dan HAM Perempuan (2022).
Dia pun memimpin rakyat (Simalungun) untuk mendukung kemerdekaan Indonesia yang baru diproklamirkan beberapa bulan oleh Soekarno-Hatta. Wismar menyampaikannya melalui mimbar gereja, maupun pidato umum, seperti yang dilakukannya di Lapangan Sepak Bola Pematang Raya, pada tanggal 23 Desember 1945.
Jumat, 1 September 2023, telah dilakukan memorialisasi peresmian Monumen J. Wismar Saragih, di Kecamatan Raya, Pamatang Raya, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Semoga upaya memorialisasi ini semakin mengenalkan sosok dan peran Wismar kepada masyarakat luas, dan mohon dukungan doa agar semakin dimudahkan untuk tahap selanjutnya.
“Janganlah kita hidup sekarang jadi pembohong. Biarlah sifat jujur yang kita warisi dari nenek moyang, tetap kita pertahankan dan dapat kita sumbangkan kepada generasi penerus, kepada bangsa Indonesia dan kepada orang Simalungun khususnya” (Pdt. Jaulung Wismar Saragih)
Jakarta, 2 September 2023
Penulis, aktifis keberagaman dan pemerhati budaya