INDRAMAYU,PGI.OR.ID-Sebanyak 30 orang pemuda-pemudi lintas iman dan lintas budaya dari Jawa Barat (20 orang) dan luar Jawa Barat (10 orang), yang berusia 18 sampai 30 tahun, mulai Senin malam (19/6/2023), belajar keberagaman, membangun semangat duta damai, serta berkomitmen dalam membangun perdamaian, persatuan, dan keadilan, di Jawa Barat (Jabar) khususnya, serta Indonesia pada umumnya.
Kegiatan yang diberi tajuk, “Tanah Air itu Bhinneka (TAB) 2023, Goes to Indramayu” ini, merupakan buah kerjasama Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dengan berbagai pihak, termasuk Gereja Kristen Pasundan (GKP).
Sebelumnya, PGI bersama beberapa mitra telah berhasil membawa semangat hidup dalam keberagaman tersebut di Kota Padang, Sumatera Barat pada 2022 lalu. Spirit ini pula yang akan dibawa dalam kegiatan keren berbentuk Live In di Tamiyang, Indramayu, Jabar hingga 23 Juni mendatang.
Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (KKC) PGI, Pdt. Jimmy Sormin saat pembukaan acara menuturkan, para peserta diseleksi dari 300an pendaftar. “Seperti angkatan pertama yang kami lakukan di Padang, diangkatan kedua ini juga diundang banyak pemuda-pemudi, anak-anak bangsa dari berbagai tempat. Dan kami menekankan juga lokalitas sebagai aspek paling penting dalam hal seleksi,” ungkapnya.
Menurut pendeta Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) yang sejak 2018 bertugas di PGI ini, salah satu tugasnya adalah menangani isu-isu soal agama serta masyarakat, dalam arti lintas iman, dengan perkembangan lokalitas itulah, rasio yang digunakan adalah 70:30.
“70 itu adalah pemuda-pemudi dari Jawa Barat. Sehingga yang di dalam sendiri (daerah kegiatan) juga merasakan manfaat dari kegiatannya. Selama ini pada kegiatan begini, peserta banyak datang dari luar, sementara masyarakat setempat atau warga provinsi tempat kegiatan tidak merasakan langsung,” paparnya.
Dengan begitu, kata Pdt. Sormin, program ini paling tidak memberikan, atau menginstalasi aktor-aktor lokal, yaitu pemuda-pemudi lintas iman, berjuang untuk merawat dan juga mengadvokasikan kebhinekaan terutama dalam isu kebebasan beragama dan berkeyakinan di negeri ini.
Dibanding kegiatan angkatan pertama di Padang, lanjutnya, kali ini ada unsur suprise. Salah satunya yakni Pesta Rakyat. “Pesta rakyat akan dilakukan bersamaan dengan deklarasi kampung ini (Tamiyang) sebagai Kampung Kebhinekaan, dan teman-teman akan melihat ada ribuan masyarakat serta tokoh-tokoh yang bergabung,” terangnya.
Dia pun berharap kegiatan ini tidak hanya membuat kita berkumpul dan bermain, tetapi membangun karakter bersama, bahkan berjejaring untuk negeri tercinta ini.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Sinode Gereja Kristen Pasundan (GKP), Pdt. Magyolin Carolina Tuasuun menuturkan, ada hal yang bisa dilakukan bersama melalui kegiatan ini.
“Kita tahu bahwa program ini, baik yang dilakukan GKP dengan kampung Bhineka, maupun PGI untuk angkatan ke-2 dengan Tanah Air itu Bhineka, juga kehadiran anak-anakku sekalian peserta Tanah Air itu Bhineka, ini lahir dari kerinduan kita. Indonesia bangsa yang besar, dan beberapa dekade belakangan terjadi hal yang tidak kita inginkan. Tidak dipungkiri bahwa radikalisme menyebar di berbagai kalangan dengan berbagai macam caranya,” jelasnya.
Sebab itu, lanjut Tuasuun, inilah saatnya cara kita menunjukkan cita-cita kepada bangsa Indonesia, dimana kita ada, hadir bersama dengan saudara-saudara yang berbeda suku bangsa, agama, tetapi ada di negara Indonesia yang kita cintai ini.
Menurutnya, harapan dari kegiatan sederhana ini, yang tentunya juga sejalan dengan harapan PGI, ketika semua kembali ke tempat masing-masing, termasuk para peserta yang asalnya dari Tamiang Rehoboth, penuh dengan suka cita yang tidak menguap hilang begitu saja.
“Sebaliknya mari menjadikan ini semangat untuk dapat menjalani dan memajukan kehidupan di daerah, dan tempat masing-masing. Memang masih muda, terbilang anak-anak kalau masih di bawah 18 tahun, tapi meskipun masih anak-anak atau masih muda, kita bisa jadi teladan,” tandasnya.
Dia pun menghimbau, meski masih dikategorikan sebagai anak-anak, mereka dapat menjadi teladan bagi banyak orang. Membawa semangat untuk dapat menjadi kehidupan dalam kebersamaan.
“Kita memikirkan sesuatu yang besar untuk bangsa ini, bahkan untuk dunia, tetapi kita mulai di lingkup yang kecil. Think globally and act locally alias berpikir secara global dan bertindak secara lokal. Kita mau berpikir hal yang luas, hal yang besar, tapi kita mau bertindak mulai dari hal-hal yang sederhana,” ucap Tuasuun.
Pewarta: Tiara Salampessy