AMBON,PGI.OR.ID-Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) melalui kerjasama dengan Ecumenical Theological Education-World Council of Churches (WCC) melaksanakan “Mentoring Teolog Perempuan di Maluku untuk membangun Teolog INA/Perempuan dan Teologi Kebencanaan Berperspektif Feminis”.
Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 11-14 Juli 2023 di Pusat Bina Spiritual. Nantinya, pendampingan dari WCC, akan berlangsung via daring, melalui aplikasi zoom meeting.
Kegiatan ini diikuti oleh 30 perempuan pendeta dari 20 klasis di GPM, akademisi dari fakultas teologi UKIM dan dari yayasan di lingkup pelayanan GPM. Mereka telah melakukan persiapan untuk penulisan sejak bulan April 2023 dan workshop ini akan mematangkan penulisan yang sedang dikerjakan.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pemberdayaan bagi perempuan melalui diskusi dan eksplorasi pengalaman, menarasikan pengalaman berteologi yang berperspektif feminis dan mempublikasikannya, agar teolog perempuan dapat memberikan respons terhadap persoalan konteks yang dihadapi di tempat tinggal dan dalam melakukan tugas pelayanan.
Wakil Ketua Tim, Pendeta Ruth Saiya menjelaskan bahwa ide utama dari kegiatan ini adalah perempuan pendeta mendapatkan kesempatan untuk belajar baik secara formal maupun informal dalam pengembangan kapasitas, pengayaan terhadap pengalaman berteologi di jemaat, kampus dan masyarakat.
Lebih lanjut Pendeta Saiya mengatakan, Output dari kegiatan ini adalah perempuan teolog dapat menarasikan pengalaman-pengalaman dan menjadikannya sebagai tulisan yang akan berguna untuk saling menghidupkan dan membebaskan.
Selanjutnya, Ketua MPH Sinode GPM, mengawali arahannya dengan mengatakan bahwa ini menjadi momen bagi GPM, untuk mendengar bukan cuma suara perempuan tapi mendengar perempuan berbicara tentang perempuan.
“Selama ini kita mengatur berbagai macam teori atau mengikuti berbagai macam refleksi tentang teologi feminis dll. Itu semuanya adalah narasi-narasi global bahkan kita hanyut dalam semacam solidaritas pergumulan perempuan-perempuan di luar padahal perempuan-perempuan kita di GPM itu juga punya pergumulan yang luar biasa dan harus juga menjadi narasi yang besar. Dalam kaitan dengan kegiatan ini, saya harus mengatakan kepada peserta bahwa cerita kita itu harus jadi isu oikumene secara internasional. Dan saudara’ yang akan melakukan hal itu,” ungkap Pendeta Maspaitella.
Harapannya, tidak ada masalah dalam kaitan dengan pendampingan secara online dari WCC, dalam memboboti tulisan-tulisan dari para teolog perempuan agar dapat menghasilkan karya-karya yang baik dan memiliki pengetahuan teologi yang jauh lebih berkembang dalam rangka menghias perkembangan teologi di GPM.
“Kita butuh sebuh paparan atau narasi teologi mengenai perempuan yang ditulis oleh perempuan dari pergulatan konteks sebab sejatinya teman-teman adalah teolog itu sendiri,” imbuhnya.
Pendeta Maspaitella berharap agar seluruh artikel yang ditulis oleh para peserta nantinya lebih tersistematis dan lebih koheren kajiannya, supaya benar-benar memberikan wawasan yang luas tentang pergumulan teologi di GPM.
Sumber: sinodegpm.id