JAKARTA,PGI.OD.ID-Hari Persekutuan Perempuan Gereja Asia (HPPGA) 2020 yang mengusung tema Menerobos Tembok, Menutup Jurang Pemisah dan Maju dalam Solidaritas, dirayakan dalam ibadah syukur oleh Komisi Perempuan PGIW DKI Jakarta, di Gereja Huria Kristen Indonesia (HKI) Cililitan, Jakarta, Rabu (18/11).
Meski dilaksanakan secara tatap muka, ibadah tetap mengikuti protokol kesehatan secara ketat, seperti dibatasi hanya 50 orang, jaga jarak, menggunakan masker, dan disediakan hand sanitizer. Selain itu, untuk peserta lain serta puji-pujian dilaksanakan secara live streaming.
Dalam khotbahnya, Pdt. Ali Sadikin Siregar menegaskan, saat ini begitu banyak tembok-tembok pemisah, baik berdasarkan gender, status sosial, bahkan agama, yang semakin mencuat belakangan. Banyak tembok pemisah ini akan semakin memunculkan konflik.
“Dalam budaya juga ada, budaya patriarki, dimana pria dianggap berkuasa, diutamakan dan sebagainya. Inikan sebenarnya tidak sesuai dengan Firman Allah, karena perempuan dan pria diciptakan sepadan dan segambar dengan Allah,” jelasnya.
Dia mengajak kaum perempuan, juga gereja, untuk saling mendukung, dan bersama-sama menerobos semua tembok-tembok, perlu usaha untuk merobah paradigma berpikir masyarakat. Dan, apa yang diperjuangkan ini tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk generasi mendatang.
Sementara itu, Ketua Komisi Perempuan PGIW DKI Jakarta, Norry Mangindaan, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur karena meski di tengah pandemi Covid-19 acara perayaan tetap berjalan karena dukungan dari gereja dan anggota komisi perempuan.
“Meski tidak semua bisa ikut acara ini secara langsung, namun hal ini menunjukkan bahwa perempuan Indonesia telah ikut dan berkontribusi melalui pengumpulan mata uang terkecil (Permut) untuk perempuan di negara-negara miskin serta anak-anak korban bencana,” katanya.
Menurutn Norry, melalui tema yang diusung dalam HPPGA 2020, kaum perempuan diingatkan tetap berjuang bagi keadilan bagi sesama perempuan Asia. Dan komitmen untuk membaharui diri demi pelayanan serta menerobos tembok-tembok.
Dalam wawancara dengan BO terkait RUU P-KS, Norry Mangindaan menegaskan dukungannya agar rancangan perundang-undangan ini ditanggapi secara serius, dan segera disahkan. Sebab, menurutnya, kasus-kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak-anak kini kerap terjadi di masa pandemi ini.
Pewarta: Markus Saragih