JAKARTA,PGI.OR.ID-Agama menjadi salah satu pilar penting dalam memberantas korupsi, dan salah satu strategi pemerintah dalam memeranginya yaitu melalui pendidikan. Gereja sebagai salah satu elemen yang juga peduli terhadap pendidikan, sangat memiliki peran signifikan untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi sejak dini.
Hal tersebut ditegaskan Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar, Keynotespech dalam diskusi virtual bertajul Belajar Asyik Pendiikan Anti Korupsi di Sekolah Minggu, yang diinisiasi oleh PGI, KPK, dan GAMKI, Sabtu (14/11).
Sebab itu, lanjut Lili, KPK sangat menyambut baik upaya yang dilakukan PGI untuk mengimplementasikan nilai-nilai antikorupsi sejak dini kepada anak-anak di Sekolah Minggu yang diharapkan dapat berkesinambungan.
“Karena KPK tidak mampu sendiri. Harus ada gerakan dari masyarakat, dan semua elemen harus bahu-membahu. Korupsi adalah musuh bersama, dan kita baru merayakan hari Pahlawan, maka mari gereja menjadi pahlawan anti korupsi,” ujarnya kepada guru-guru Sekolah Minggu dari berbagai daerah yang ikut dalam diskusi ini.
Hal senada juga disampaikan Sekjen PP GAMKI, Sahat Sinurat. Menurutnya korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa sehingga dibutuhkan komitmen dan kontribusi bersama untuk mewujudkan Indonesia bebas korupsi. Dia juga melihat pentingnya memberikan pembelajaran sejak dini terkait nilai-nilai antikorupsi di Sekolah Minggu.
Sementara itu, Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, salah satu nara sumber dalam diskusi ini menegaskan, korupsi juga merupakan tantangan bagi agama-agama, dan korupsi bukan hanya menyangkut uang, tetapi juga waktu, janji dan informasi. Sebab itu, gereja tidak boleh mendiamkan, gereja harus prihatin dan peduli, bahkan harus ikut memberantasnya dengan memulai dari diri sendiri.
Menurutnya, roh konsumtivisme, yaitu selalu bertumpu pada hasil yang tidak menghargai kerja keras, budaya instan akibatnya menjadi tidak sabar, dan godaan jalan pintas sehingga muncul mental yang menerabas, sebagai awal korupsi, dan hal ini telah menjangkiti anak-anak. Sebab itu, para guru-guru Sekolah Minggu harus mengembangkan habitus baru sejak dini kepada anak-anak.
“Misalnya dengan mengingatkan bahwa kasih karunia Allah itu cukup (2 Kor. 12:9), karena kasih Allah itu tidak pernah berkesudahan. Ini bisa dikembangkan lewat lagu-lagu, cerita-cerita. Kita juga harus mulai menanamkan rasa adil. Konsep adil yang bersumber dari pendamaian oleh Allah dalam diri Yesus (2 Kor. 5:19) yang juga mempunyai dimensi sosial-ekonomi. Lewat inilah kita mengajarkan nilai-nilai kejujuran, ketaatan, belajar dan kerja keras ,” jelas Pdt. Gomar.
Dalam diskusi ini, Pdt. Oklin J. Tarigan dari KAKR Moderamen Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) berbagi pengalamannya terkait pengajaran nilai-nilai anti korupsi kepada anak-anak, melalui kegiatan Ersuli atau Rumah Belajar Sekolah Minggu GBKP yang juga disesuaikan dengan tema tahunan GBKP. Menurutnya, dalam kurikulum Sekolah Minggu GBKP ada 9 karakter penting yang diajarkan seperti, jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, pekerja keras, sederhana, berani, dan adil.
Lanjut Pdt. Oklin, nilai-nilai tersebut disampaikan melalui cerita-cerita di Alkitab, penayangan video, dan simulasi. “Untuk mandiri misalnya, kami mengangkatnya dari 1 Samuel 3, tentang Samuel muda yang menjadi pelayan. Kami menekankannya dengan cara simulasi hidup mandiri dengan membuat daftar hal-hal yang sudah bisa dilakukan anak-anak secara sendiri. Lalu untuk misalnya dalam Mazmur 90:12, pentingnya menghargai waktu. Guru menjadi teladan dalam berdisiplin. Serta ada reward yang kami berikan jika anak-anak datang tepat waktu,” jelasnya.
Selain itu, untuk pekerja keras, anak-anak diingatkan untuk belajar, ibadah, menabung, dan lainnya yang akan mendatangkan kelimpahan. Dengan ayat Alkitab yang terambil dari Amsal 10:4, 12:24 dan 13:4. “Lalu untuk adil, kami angkat dari Imamat 19:15 tentang kisah Raja Salomo. Karakter adil ini hamper tiap minggu di Rumah Belajar itu sungguh-sungguh ditekankan bagaimana anak-anak suka berebut mainan, berebut membaca buku cerita, tapi juga bagaimana kita memperlakukan mereka, mengajari membagi waktu dengan adil sehingga semua bisa mendapat kesempatan,” katanya.
Semua ini menurut Pdt. Oklin dapat dilakukan dengan adanya kerjasama antara guru Sekolah Minggu, majelis jemaat dan orangtua.
Nara sumber terakhir, Direktur Dikyanmas KPK Giri Suprapdiono juga menekankan pentingnya 9 nilai-nilai anti korupsi, jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggungjawab, berani, sederhana, kerja keras dan adil, diajarkan sejak dini kepada anak-anak di Sekolah Minggu. Ini penting agar melalui pendidikan mereka diajarkan untuk tidak korupsi. Sehingga agar kelak orang tidak korupsi bukan karena takut, tetapi memang tidak ingin. Karena dia punya kemampuan memimpin diri yang kuat.
Diinformasikan pula, index persepsi korupsi Indonesia terbaik pencapaiannya. Mulai dari skor 17 kini merangkak skornya menjadi 40. Ini meningkat secara stabil sehingga terbaik di dunia, dengan peringkat ke 85 dari 185 negara. Dan pencapaian skor 40 ini melalui perjuangan yang luar biasa, meskipun masih ada framing dan fitnah, tetapi pemberantasan korupsi di Indonesia sudah on the track.
Pewarta: Markus Saragih