JERMAN,PGI.OR.ID-World Council of Churches (WCC) secara resmi menutup kegiatan General Assembly ke 11 pada Kamis (8/9/2022) pukul 12.00 waktu setempat. Pertemuan raya ekumenis ini menjadi pertemuan kesebelas yang diadakan oleh WCC, setelah pertemuan sebelumnya di Busan pada 2013.
General Assembly yang diadakan di Karlsruhe, Jerman yang dimulai sejak 25 Agustus hingga 8 September 2022, dilakukan secara bertahap. Mulai dari program steward, Pre-Assembly, hingga General Assembly. Berbagai program dilaksanakan guna menjawab tantangan gereja dalam konteks lokal, nasional, regional, hingga global.
Pertemuan ini secara resmi ditutup dengan closing prayer atau ibadah penutup setelah melakukan morning prayer dan closing plenary yang dihadiri oleh para delegasi, partisipan, hingga advisor yang mengambil bagian selama kegiatan ini berlangsung.
Ibadah penutup dilaksanakan dengan mengusung tema persatuan di tengah keberagaman. Hal ini nampak pada liturgi yang menggunakan lagu-lagu pujian dari berbagai negara, pembacaan Alkitab yang menggunakan dialek Jamaika, hingga keterlibatan para pelayan ibadah yang berasal dari berbagai negara.
Dalam kotbahnya yang mengangkat tema From Hostility to Hospitality Rt. Rev. Joy Evelyn Abdul-Mohan mengatakan, kita siap untuk kembali ke tempat asal kita. Dari Timur, dari Barat, dari Utara, dan dari Selatan, dengan hasrat dan keinginan untuk membagikan dan mengimplementasi apa yang kita dapatkan dari assembly ini.
Dia pun menekankan pada keberanian dan ketegasan untuk mengasihi seperti Kristus mengasihi ciptaanya, sebab hal ini patut dianggap sebagai hal yang penting, dan bukan sebagai pilihan.
Hal senada juga disampaikan Abdul-Mohan sebagai moderator dari Sinode Gereja Presbiterian di Trinidad dan Tobago, yang menyuarakan agar kita dapat melakukan hal yang adil terhadap sesama sebagai bagian dari kasih Kristus.
Selanjutnya refleksi disampaikan oleh Rev. Canon Christoper Douglas-Huriwai dari Gereja Anglican Church in Aotearoa, Selandia Baru. Dengan menekankan pada kehadiran kita sebagai pengikut Kristus yang menjadi pembawa damai, rekonsiliasi, dan persatuan. Seperti ucapan lokal dari Selandia Baru, “Tena Koe”, sebagai bagian dari mendengarkan, memperhatikan mengasihi, dan melakukannya. Tena Koe sendiri berarti memperhatikan sesama, menjadi landasan umat Kristiani untuk memperhatikan sesama dalam kasih Kristus.
Dalam rangkaian ibadah penutupan ini, dilakukan pula pengenalan terhadap anggota Central committee WCC yang baru. Pengenalan dan peneguhan ini dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat. Dengan dilakukannya pengenalan dan peneguhan terhadap anggota Central committee yang baru, maka berakhirnlah seluruh rangkaian General Assembly WCC di Karlsruhe.
Pewarta: Karen Erina Puimera