JAKARTA,PGI.OR.ID-Sebagai bagian dari Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), Prodi Magister Pendidikan Agama Kristen-PPS dan Prodi Pendidikan Agama Kristen-FKIP UKI melaksanakan kegiatan Pelatihan Penyusunan Program Pembelajaran Remaja Berbasis Teknologi Digital di Gereja HKBP Ressort Jatisampurna, Bekasi, secara virtual, pada Sabtu (22/5).
Kegiatan yang dilaksanakan secara berkelanjutan ini, bertujuan meningkatkan kemampuan para pendamping remaja dalam menjalankan pelayanan pendidikan kepada remaja sesuai dengan kebutuhan remaja, meningkatkan kualitas proses pembelajaran, dan meningkatkan keterampilan para pendamping dalam mengajar remaja dengan menggunakan teknologi digital.
Pada kesempatan itu, Dr. Desi Sianipar, M.Th menjelaskan, kemajuan teknologi berkembang pesat, dan mau tidak mau harus diikuti, mengupdate diri, termasuk oleh para pendamping remaja di gereja, untuk dapat menyusun program pembelajaran yang menarik dan kreatif, agar tidak menimbulkan kebosanan.
Menurutnya, hal ini memang bukan perkara mudah, terlebih karena kaum remaja sangat kritis, dinamis, punya keunikan sendiri. “Mereka punya dunianya sendiri yang sulit ditebak. Karena itu tidak bisa langsung diketahui apa yang masalah mereka. Sebab itu, diperlukan adanya pendekatan personal. Kalau belum dekat akan sulit, dan perlu memahaminya secara pribadi,” katanya saat menjawab pertanyaan salah seorang peserta.
Ditambahkan, dalam menyusun program jangan terfokus pada kuantitas, melainkan kualitas. Sebab banyak kemungkinan-kemungkinan yang akan mempengaruhinya. Dan jangan jemu atau merasa berdosa. Apa yang dipercayakan Tuhan kepada kita lakukan saja. “Biarlah mereka datang dengan dorongan sendiri, dan kita sambut dengan penuh sukacita. Kita hanya merancang pembelajaran, sementara yang banyak berperan aktif adalah para remaja itu sendiri,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan Dr. Jusen Boangmanalu, M.Th. Menurutnya, selain memiliki potensi, kaum remaja juga memiliki kemauan yang bervariasi, sehingga sulit untuk dalam sekejap dapat membawa mereka merespons suatu program kegiatan. Sebab itu, para pendamping harus tetap sabar.
“Lama kelamaan yang kita sampaikan akan menarik mereka, dan kemudian akan menarik remaja lain. Yang penting jangan membiarkan mereka tidak ada kegiatan,” tandasnya.
Ditambahkan, medsos bisa digunakan sebagai media pembelajaran oleh para pendamping secara positif bagi remaja, terlebih di tengan pandemi covid 19 sekarang ini, dalam bentuk yang variatf dan tidak monoton.
Pewarta: Markus Saragih