PONTIANAK, PGI.OR.ID – Hari ke dua Seminar Agama-agama ke 36 PGI cukup menarik pembahasan yang dilakukan oleh sekitar 60 an peserta. Pembahasan soal Prinsip-prinsip (tool) dalam menangani persoalan HAM & KBB (Membuat Pengaduan & Legal Opini) yang dibawakan Lasma Natalia H.P dari YLBH Bandung cukup mendapat respons dari peserta. Salah satnya soal membuat laporan pengaduan dan legal opini. “Laporan pengaduan penting dibuat dengan sistematis berdasarkan fakta yang jelas bukan opini. Misalkan di daerah yang terjadinya peristiwa berapa sekolah dasar atau menengah, berapa jumlah korban dan gambaran fakta yang ada. Jangan dikira-kira karena laporan pengaduan ini akan digunakan seterusnya pada tingkat-tingkat selanjutnya,” kata Lasma.
Ia menambahkan seriingkali pelapor tidak memahami bagaimana laproan itu dibuat dan diminta menghindari opini saja. “Proses analisa diperlukan saat menulis laporan itu, misalkan apa hak-hak yang dilanggar?, Bagaimana kejadian atau peristiwa yang menunjukkan adanya pelanggaran hak? dan adakah pelanggaran hukum yang terjadi? ini menjad acuan saat membuat laporan itu. Setelah itu kita membuat kesimpulan, yang isinya bentuk pelanggaran apa yang terjadi, apa tuntutannya?, sampaikan hal tersebut dengan jelas dan kepada siapa tuntutan itu ditujukan. Jika kita mengetahui hal ini akan memudahkan prosesnya,” tandasanya.
Peserta kemudian dibagi dalam kelompok dan membahas contoh-contoh peristiwa pelanggaran HAM dan KBB yang pernah terjadi baik di wilayah Kalimantan Barat dan wilayah lainnya. Salah satu peserta Pdt. Alipius dari GPKB dalam diskusi kelompok menyampaikan masih ada diskriminasi pada masyarakat adat berkaitan suku Dayak dan diabaikan. “Ini enjadi contoh peristiwa pelanggaran HAM yang terjadi,” ujarnya.
Konflik dan Perdamaian
Pdt. Jacklevyn Manuputty – Sekum PGI di sesi terakhir hari kedua juga memberikan materi tentang Konflik dan Perdamaian. Peserta diajak untk menyampaikan pendapat tentang konflik, damai dan perdamaian. Menurutnya, konflik adalah suatu kondisi di mana terjadi pertikaian atau pertentangan yang melibatkan dua orang (kelompok) atau lebih, bisa dalam bentuk adu mulut, perkelahian hingga perang. Ia menyampaikan konflik yang terjadi di Ambon dan lingkaran yang terjadi di dalamnya.
“Pasca pertikaian itu banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk membuat perdamaian. Namun waktu itu ada yang belum disembuhkan. Karena perlu dilakukan kegiatan menyembuhkan itu, perlu menghilangkan prasangka-prasangka dalam pikiran sehingga itu hilang,” terangnya.
Pdt. Jacky juga menjelaskan contoh yang dilakukannya dengan program live in. “Waktu itu kita mencoba membawa beberapa warga kristen untuk tinggal di keluarag-keluarga muslim. Mereka tidak tahu bahwa kami sudah berkoordinasi dengan keluarga-kelurag muslim yang akan ditempati. Namun yang warga Kristen yang akan ditempatkan itu tegang sekali. Dengan pikiran-pikiran, nanti bagaimana nasib mereka, apakah akan diracun atau bagaimana nasibnya dan lain-lain pikiran atau prasangka buruk lainnya terhadap keluarga-keluarga Muslim yang akan ditinggali dalam program ini,” ujarnya.
Namun, kata Pdt. Jacky ada perubahan besar dalam pikiran-pikiran mereka setelah tinggal sehari – dua hari. “Rupanya perjumapaan-perjumpaan itu menghapus pikiran-pikiran buruk mereka karena keluarga yang menerima justru amat toleran. Amat mengetahui dan menerima tamunya yang berbeda agama. Misalkan ada seorang Pendeta yang ingin makan, ditanya mengapa tidak berdoa dulu. Dan Pendeta ini justru kaget karena jika ia berdoa di rumahnya nanti menyinggung penghuni rumah. Tapi ternyat itu tidak dan seterusnya. Bahkan akhirnya program itu justru diterima dan berhasil dengan baik. Bahkan orang-oranag Kristen yang tinggal di keluarga-keluarga Muslim harus dijemput untuk kembali ke rumah mereka karena terjalin hubungan yang hangat setelah beberapa hari tinggal.”
Peserta yang juga diajak berdiskusi dan menyampaikan pengalamannya di daerahnya cukup responsif dengan menyampaikan pengelaman mereka. Salah seorang peserta Ibu Hidayah (63) dari Aisyah Kalbar mengungkapkan akan membagikan ke tempatnya apa yang ia dapatkan dari pemaparan yang disampaikan Pdt. Jacky. “Apa yang disampaikan Pdt. Jacky menurut saya sangat penting agar kita berhati-hati terhadap potensi konflik. Sangat bermanfaat untuk kita waspadai akan timbulnya konflik dan hati2 krn setelah. Itu harus dijaga betul. Ini akan saya bagikan setelah pulang nanti.”
pewarta: phil