JAKARTA,PGI.OR.ID-Pemilih generasi milenial mencapai 66.822.389 atau 33,6 persen. Mengacu dari jumlah pemilih yang dominan ini, maka pentingnya mengajak generasi muda berpartisipasi aktif dalam Pemilu 2024 untuk mewujudkan pemilu berintegritas. Diperlukan pendidikan politik agar dapat membawa anak muda tidak terperangkap oleh hal-hal negatif yang kerap muncul dalam pesta demokrasi ini.
Demikian benang merah dari diskusi publik Peran Generasi Muda dalam Mewujudkan Pemilu 2024 yang Bersih, Damai, dan Berintegritas, yang diinisiasi oleh Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) secara hybrid, di Grha Oikoumene, Jakarta, pada Senin (3/7/2023).
Menurut Anggota Bawaslu Herwyn JH Malonda, Aktifnya generasi muda tak cukup sekadar ikut mencoblos, namun turut berperan menciptakan pemilu yang terlegitimasi serta berintegritas. “Pemilu yang terlegitimasi membutuhkan peran-peran kita, peran generasi muda,” jelasnya.
Generasi muda, lanjut Malonda, dapat berperan sebagai pengkoreksi kualitas pelayanan publik, termasuk lembaga penyelenggara pemilu. Dia meyakini Pemilu 2024 yang terlegitimasi akan diterima semmua pihak sekaligus supaya mencegah gerakan pembangkangan politik. “Ini juga akan membuat tingkat kepercayaan masyarakat berjalan dengan baik,” ujarnya.
Dia mengatakan secara pribadi generasi muda terlibat secara aktif minimal mengetahui pelaksanaan Pemilu 2024, apa-apa yang tidak boleh dilakukan, termasuk turut ambil bagian menjadi agen-agen masyarakat yang nantinya mensosialisasikan pengawasan pemilu.
Hal senada juga disampaikan Johny N. Simanjuntak. Mantan Komisioner Komnas HAM RI ini beranggapan, keterlibatan pemuda secara intens tidak hanya saat pencoblosan tapi juga pengawasan seluruh proses tahapan pemilu dengan menyasar semua actor, termasuk parpol. “Tidak hanya dalam proses pencoblosan, tapi juga sebelum pencoblosan, karena dalam proses ini juga banyak terjadi kecurangan-kecurangan,” tegasnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan menurut Johny, adalah menghidarkan pemilih muda untuk tidak terperangkap dalam praktik-praktik kecurangan dalam pemilu. “Kecurangan bisa dilakukan orang muda jika hal itu sudah ditransfer ke mereka. Kawula muda banyak juga yang terperangkap, meski ada juga yang belum terkontaminasi, termasuk pemuda gereja,” katanya.
Dia melihat hal ini merupakan pekerjaan berat, sehingga perlunya pendidikan politik agar mendapatkan gambaran yang menyeluruh seperti apa pikiran pemuda untuk mewujudkan pemilu yang bersih, dan berintegritas.
Pentingnya memberikan pemahaman lewat pendidikan politik juga diungkapkan Audra Jovani, dosen Ilmu Politik UKI. “Bicara pemilih pemula memang responnya beragam, ada yang serius tapi juga yang cuek. Riset dilakukan UKI generasi Z memiliki role model, kalau ada tokoh dilihat memiliki riwayat tidak baik, pasti akan runtuh atau ditolak. Cara pikir mereka sangat sederhana, maka pendidikan politik ke anak muda sangat penting, termasuk ke anak muda di gereja. Kita perlu bagaimana cara menyegarkan mereka kembali. Kami ada handbook Pemilih Pemula, ini sangat membantu,” ujarnya.
Sementara itu, terkait pendidikan politik, Sekretaris Eksekutif Bidang Keadilan dan Perdamaian (KP) PGI Pdt. Henrek Lokra mengungkapkan, dalam rangka memberikan pemahaman yang jelas bagi warga gereja, PGI bekerjasama dengan Bawaslu telah melakukan kegiatan pendidikan politik di 4 wilayah di Indonesia.
“Kegiatan ini diharapkan bisa menjadi model supaya warga gerja semakin teredukasi. Selain itu, mengapa gereja perlu pendidikan politik ini, selain amanat konstitusi Sidang Raya tapi ada alasan teologis dalam Yeremia 29:7 yang berkata Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu. Ayat ini menegaskan bahaw kita harus harus aktif, tidak bisa diam, ini juga pesan gereja supaya kita tidak diam dalam getho-getho,” ungkapnya.
Lanjut Pdt. Henrek Lokra, pesan ini ingin menegaskan bahwa negara tidak bisa mengurus sendiri, dan gereja memiliki kader-kader terbaik yang siap didorong untuk terlibat dalam bidang politik.
Pewarta: Markus Saragih