TORAJA,PGI.OR.ID-Sinode Gereja Toraja (GT), salah satu anggota Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), memperingati peristiwa bersejarah bagi perjalanan gereja tersebut, yaitu perayaan 110 Tahun Injil Masuk Toraja (IMT) tahun 2023. Perayaan ini adalah bentuk ucapan syukur kehadiran Injil di Toraja.
Sebagai rasa syukur Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja menggelar beberapa kegiatan diantaranya Ibadah Raya I 110 tahun Injil Masuk Toraja, parade budaya, bakti sosial berupa pembersihkan sungai, pembenahan Salib Singki, bedah rumah sebanyak 110 rumah yang tersebar di seluruh pelayanan Gereja Toraja, pemberdayaan ekonomi kreatif, renovasi makam dan museum Van De Loosdrecht, lomba kreativitas generasi muda, dan Ibadah Raya II 110 tahun Injil Masuk Toraja.
Kegiatan tersebut berlangsung selama dua minggu secara simultan, dan kota Makale (Tana Toraja) serta kota Rantepao (Toraja Utara) menjadi pusat kegiatan. Rangkaian kegiatan ini tidak hanya melibatkan jemaat, tetapi juga umat dari agama lain.
Puncak perayaan 110 Injil Masuk Toraja 2023 yaitu Ibadah Raya II yang berlangsung di halaman gedung Gereja Toraja Jemaat Rantepao, Toraja, Sulawesi Selatan, yang lokasinya menyatu dengan kantor BPS Gereja Toraja, pada Sabtu (18/3/2023). Perayaan berlangsung meriah.
Seluruh jemaat, yang datang dari berbagai pelosok, bersama pendeta, dan BPS Sinode Gereja Toraja tumpah ruah mengikuti acara ini. Tampak hadir pula Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, Dirjen Bimas Kristen Protestan Dr. Jeane Marie Tulung, S.Th, M.Pd, Pangdam XIV Hasanuddin Mayjen. Dr. H. Totok Imam Santoso, Irjen (Purn) Frederik Kalalembang selaku Ketua IKT Nusantara, Dating Palembangan Sekjen PMTI, Ketua PGIW Sulselbara, Ketua Sinode GKSS Pdt. Atok Lamarang, M.Th, Ketua Sinode GPIL Pdt. Lambang M, M.Si, Ketua Sinode GTM Pdt. Deppatola Pawa, M.Th, Utusan NU Toraja Utara, dan sejulah undangan lainnya.
Ketua Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom dalam kotbahnya yang terambil dari Roma 1:16b Jesaya 58:8, menjelaskan, bahwa kita telah diselamatkan, bukan karena jasa-jasa kita, bukan karena kebaikan kita. Kita ini orang-orang degil yang penuh dosa. Tetapi Allah memperlakukan kita orang berdosa ini seolah-olah kita tidak pernah berbuat dosa.
“Allah tidak memperlakukan saya sebagai orang bersalah yang harus dihukum, tetapi sebagai orang anak yang dikasihi. Allah tidak memperlakukan kita sebagai musuh, sekali pun kita sering melawan kehendaknya. Sebaliknya Allah memperlakukan kita sebagai sahabatNya. Bukan sebagai orang jahat, tetapi sebagai orang benar. Itulah hakekat utama dari Injil.
Inilah yang mestinya menjadi ungkapan syukur kita dalam merayakan 110 tahun Injil masuk Toraja. Injil telah menerobos merasuki peradaban kemanusiaan kita, dan karenanya membuka peluang dalam diri kita untuk terbuka pada kasihNya,” jelasnya.
Pada bagian lain khotbahnya dikatakan, Injil memberi basis yang kuat bagi individu atau komunitas dalam menghadapi berbagai krisis dan tantangan. Pelayanan sosial, solidaritas dan pertolongan kepada mereka yang tertinggal, sakit dan miskin menjadi penanda penting dari gereja. Matius 25:31-46 menjadi basis moralitas dan kepedulian sosial orang Kristen. Diakonia menjadi salah satu kekuatan dari kekristenan.
Dipenghujung khotbahnya, dia menegaskan, perayaan 110 IMT hendaknya menjadi momentum untuk menghidupi hakekat Injil, yakni Kristus telah mengasihimu, mengampunimu dan bahkan telah memenangkan dan menyelamatkanmu, bukan karena kekuatan atau jasamu, tetapi karena pengasihanNya!
Tetapi tawaran pengasihan Tuhan itu tidak bisa hanya tawaran sepihak. Tawaran itu harus kita respons, agar demikian ia mempunyai makna. Anugerah bukan anugerah yang murahan. Tawaran pengasihanNya merupakan anugerah yang ditandai dengan pengorbanan, dan itu yang kini harus kita respons juga dengan pengorbanan: mengasihi, yakni peduli dan berbagi. Peduli dan berbagi tidak hanya semasa Jubileum ini, tetapi menjadi keseharian kita.
“Itulah makna terdalam dari sebuah perayaan Jubileum: merayakan anugerah dan pengasihan Allah dalam ungkapan syukur yang nyata dalam relasi dengan sesama dan alam sekitar. Berikanlah apa yang dapat anda berikan, karena anda tidak tahu apa yang Allah ingin berikan kepada anda, yakni berkat yang tak berkesudahan yang selalu baru tiap pagi,” pungkasnya.
Usai khotbah, sejumlah pimpinan gereja dan perwakilan pemerintah menyampaikan sambutan, diantaranya Dirjen Bimas Kristen RI, Jeane Marie Tulung, Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, dan Ketua Umum BPS Gereja Toraja Pdt. Dr. Alfred Anggui, M.Th.
Pada kesempatan itu, Dirjen Bimas Kristen RI dalam sambutannya menegaskan, bahwa perayaan 110 tahun Injil Masuk Toraja ini tidak hanya sekedar dimaknai sebagai perayaan saja, melainkan diisi dengan perenungan dan pembaharuan tekad pelayanan ke depan dalam ucapan syukur. Sebagai bukti rasa syukur tersebut adalah Sinode Gereja Toraja turut berperan serta dalam memecahkan permasalahan krusial pembangunan nasional.
“Ke depan tantangan gereja semakin berat, pergumulan yang dihadapi oleh bangsa dan negara juga menjadi pergumulan gereja. Sinode Gereja Toraja harus turut serta bahkan menjadi bagian terdepan dalam pembangunan negara dan pemberdayaan masyarakat. Problematika sosial seperti kemiskinan, keadilan, radikalisme serta pencemaran lingkungan juga menjadi pergumulan gereja sebagai bagian dari elemen bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Itu sebabnya peran serta para tokoh-tokoh agama dirasa penting dalam membentuk masyarakat yang madani,” katanya.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama, lanjut Jeane, bangga dengan keberadaan dan kiprah pelayanan Sinode Gereja Toraja selama 1 abad lebih. “Melalui kehadiran kami dalam peringatan 110 tahun Injil masuk Toraja ini, kami ingin menyampaikan bahwa kami menyambut dan mendukung dengan tangan terbuka setiap program-program yang diselenggarakan Sinode Gereja Toraja dalam rangka turut membangun moral dan akhlak bangsa,” tandasnya.
Sedangkan Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom mengatakan, bahwa Gereja Toraja telah menyumbangkan begitu banyak kader dalam pelayanan, pembinaan dan perjuangan pemuda dan perempuan. Bahkan dalam kepemimpinan gerakan oikoumene, mulai dari keterlibatan dalam mendirikan DGI, pada Mei 1950, perumusan DKG hingga menjadi Sekum dan Ketum PGI, dalam diri Pak Lambe dan Ibu Lebang.
Hal ini, lanjut Pdt. Gomar, bisa terjadi karena Injil telah merasuki peradaban Tanah Toraja, hingga, melalui masyarakat dan gereja Toraja, Injil itu telah menembusi dunia Indonesia dan ikut mengayuh biduk oikoumene, Injil menembusi peradaban sehingga masyarakat Toraja ikut mewarnai perjalanan gereja-gereja di Indonesia, bahkan perjalanan bangsa Indonesia.
Dia pun menyampaikan terimakasih atas partisipasi Gereja Toraja dalam gerakan oikoumene, dan sekaligus berharap melalui perayaan ini, semakin menggerakkan kita semua serta memberi inspirasi baru dalam upaya menjadikan Injil sebagai basis perjuangan masyarakat dan gereja Toraja. Dengan demikian, Tanah Toraja menjadi “kepingan sorga” yang Tuhan tempatkan di bumi Indonesia.
Sementara itu, Ketum BPS Gereja Toraja Pdt. Dr. Alfred Anggui, M.Th dalam sambutannya, selain menyampaikan ucapan terimakasih, juga menegaskan, bahwa sebuah peringatan merupakan momen dimana kita memperingai sebuah peristiwa penting dalam kehidupan ini. Begitu pula ketika memeringati 110 tahun Injil masuk Toraja (IMT), maka tentu sebuah momet untuk memperingati peistiwa penting secara iman bagi masyarakat Toraja khususnya mereka yang sudah menerima kabar baik (Injil) dalam kehidupannya.
Berita Injil itu, lanjut Pdt. Alfred, membawah perubahan besar bagi masyarakat Toraja, terutama dalam dunia pendidikan, kesehatan, ilmu pengetahuan untuk membangun kehidupan yang lebih baik.
“Jadi kalau kita lihat Toraja, sangat kecil dan sangat minim dengan potensi, tetapi potensi yang luar biasa yang sudah dibangun dengan baik oleh para missionaris dan pendahulu pelayan di lingkungan Gereja Toraja adalah soal kesehatan, pendidikan sehingga potensi yang luar biasa dimiliki oleh masyarakat Toraja adalah pengetahuan sehingga mampu menjadi berkat bagi banyak orang lewat pelayanan dibidang kesehatan, pendidikan, wiraswasta dan berbagai bidang yang ditekuni masyarakat Toraja dibebagai penjuru nusantara bahkan sampai keluar negeri. Inilah berkat luar biasa,” pungkasnya.
Pewarta: Alexander Mangoting