JAKARTA,PGI.OR.ID-Memperingati Hari Hak Asasi Manusia Sedunia Tahun 2020, PGI melaksanakan diskusi secara langsung dan virtual terkait kasus kekerasan terhadap perempuan. Kegiatan ini merupakan sesi terakhir dari rangkaian kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKtP) oleh PGI, di Grha Oikoumene, Jakarta, Kamis (10/12).
Sebagaimana diketahui, peringatan Hari HAM Sedunia dilakukan setiap tahun pada 10 Desember. Tahun ini, Hari HAM Sedunia mengusung tema “Recover Better”. Dipilihnya 10 Desember sebagai Hari HAM karena pada tanggal itu bertepatan dengan hari di mana Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) pada tahun 1948.
UDHR merupakan dokumen tonggak sejarah yang menyatakan hak-hak setiap orang sebagai manusia tidak dapat dicabut tak peduli ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan sebagainya. Dokumen tersebut hingga kini telah diterjemahkan dalam lebih dari 500 bahasa, dan menjadi dokumen yang paling banyak diterjemahkan di dunia. Britanica menuliskan, penetapan Hari HAM sedunia dilakukan dalam sidang paripurna Majelis Umum PBB 4 Desember 1950. Saat itu, penetapan dilakukan dengan mengundang semua negara anggota PBB. Pertemuan itu menyebutkan, setiap tahun akan dipilih tema yang menarik perhatian sebagai bagian dari upaya penegakan HAM. Beberapa tema di antaranya adalah diskriminasi, memerangi kemiskinan, dan melindungi korban pelanggaran hak asasi manusia.
Pakar hukum dan HAM Valentina Sagala, salah satu narasumber dalam diskusi ini menegaskan, HAM adalah hak-hak yang bersifat kodrati dan universal, melekat dengan sendirinya pada diri manusia dan tidak ada kekuasaan apapun di dunia ini yang dapat merampas atau mencabutnya. Sebab itu, negara berkewajiban dan bertanggungjawab menghormati, melindungi, dan memenuhi. Kaitan dengan itu, pemerintah harus melakukan berbagai upaya dalam rangka menghentikan kekerasan terhadap perempuan, sebagai upaya pemenuhan HAM, secara khusus perempuan.
Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Sekretaris Umum PGI Pdt. Krise Anki Gosal. Sebab itu, menurutnya peringatan Hari HAM Sedunia adalah momentum untuk meneguhkan komitmen dan meningkatkan kesadaran komunitas agama, termasuk gereja, akan HAM sebagai hak yang teranugerahkan dari Pencipta atas diri tiap manusia. Sehingga tak dapat dicabut oleh apapun termasuk keyakinan.
Sementara itu, Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom ketika dimintai komentarnya terkait kegiatan kampanye 16 HAKtP yang dilaksanakan oleh PGI, menegaskan, tujuan dari kegiatan ini meliputi dua hal. Pertama, menunjukkan komitmen PGI untuk stop kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan stop segala bentuk kekerasan, apapun bentuknya, dan kepada siapapun. Kedua, sebagai wujud keberpihakan kepada para korban kekerasan. Itu sebabnya, semua elemen sedang giat-giatnya mengadvokasi Rancangan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual.
“Dan paling banyak korban kekerasan adalah perempuan dan anak. Dan itu keprihatinan kita bersama. Kita semua ini adalah keturunan dan dilahirkan seorang perempuan, semestinya perempuan dan anak itu tidak boleh lagi dibuat terlunta dalam kesehariannya,” tegas Pdt. Gomar.
Usai diskusi, MPH PGIW Jabar, Pdt. Dr. Margie Ririhena-de Wanna, membacakan deklarasi Persekutuan Gereja-Gerja di Indonesia yang berisi sikap dan komitmen untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan anak, melalui upaya mendorong gereja-gereja di Indonesia untuk lebih serius dan lebih meningkatkan program nyata berkesibambungan.
Meminta kepada Pemerintah dan lembaga legislatif untuk segera mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual sebagai wujud dari komitmen negara memberikan perlindungan bagi perempuan dan anak dari aksi kekerasan atas nama apapun. Selain itu, memperkuat jejaring dalam mengadvokasi kebijakan pemerintah yang pro kemanusiaan demi terwujudnya penegakan hukum yang adil bagi para korban dalam upaya mewujudkan dunia bebas dari kekerasan.
Dalam diskusi yang dipandu oleh Karen Pooroe, seorang penyintas yang pada kesempatan itu juga menyampaikan testimoninya, dilakukan penayangan video berisi advokasi HAM yang telah dilakukan oleh PGI, pesan dan harapan pimpinan lembaga pemerintahan, serta pimpinan sinode gereja dalam rangka memperingati Hari HAM Sedunia, aksi bagi masker di depan Grha Oikoumene PGI untuk mengkampanyekan stop kekerasan terhadap perempuan, dan pemutaran Vlog tentang pandangan anak milenial tentang demokrasi (Pemenang Lomba Vlog Asmara Nababan). Juga pembacaan Puisi “Hentikan Kekerasan di Papua” oleh Elis Toam, Mahasiswi UKI Jakarta yang mewakili Milenial Papua.
Selain itu, prosesi penyalaan lilin oleh peserta di Grha Oikoumene dan zoom, sebagai bentuk perenungan dalam rangka mengenang para korban kekerasan, keluarga dan tenaga medis yang meninggal dunia di tengah pandemi covid-19.
Pewarta: Markus Saragih