JAKARTA,PGI.OR.ID-Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Gomar Gultom mengucapkan selamat atas pengukuhan Pdt. Prof. Binsar Jonathan Pakpahan, Ph.D sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Filsafat dan Etika Sekolah Tinggi Filsafat Theologia (STFT) Jakarta.
“Atas nama MPH-PGI dan juga gereja-gereja di Indonesia mengucapkan selamat kepada Pdt. Prof. Binsar Pakpahan. Ini adalah sebuah pencapaian tertinggi dalam dunia akademis, dan sekaligus juga sebuah pengakuan negara atas prestasi lembaga dimana Saudara Binsar Pakpahan berkiprah, STFT Jakarta. Sebagai sebuah lembaga pendidikan teologi disinilah kita bersyukur,” demikian sambutan Ketum PGI saat pengukuhan yang berlangsung di Aula Kampus STFT Jakarta, pada Rabu (27/9/2023).
Ucapan terimaskasih juga disampaikan kepada seluruh civitas akademi STFT Jakarta atas upaya tanpa kenal lelah dalam mempersiapkan teolog handal yang sangat dibutuhkan oleh gereja-gereja di Indonesia.
Lebih jauh dalam sambutannya, Ketum PGI mengungkapkan bahwa salah satu problem yang hingga kini membutuhkan respon teologis adalah ketika kita berhadapan dengan tranformasi masyarakat akibat perkembangan dunia digital, dan terutama perkembangan Artificial Intelligence (AI), yang makin menggerus peradaban kemanusiaan kita.
“Saya sangat menghargai jeris payah Saudara Binsar Pakpahan bersama STFT Jakarta yang berupaya mendalam hal ini dalam perspektif iman Kristen melalui Teologia Digital yang ada dalam kurikulum STFT Jakarta. Semoga pengukuhan hari ini semakin memberi semangat dan energi baru dalam diri Saudara Binsar Pakpahan, untuk bersama-sama dengan seluruh civitas akademi, mendalami hal ini, serta masalah-masalah etis lainnya. Sehingga dapat menjadi suluh bagi gereja-gereja di Indonesia dalam seluruh pemahaman dan sikap gereja untuk menentukan sikap-sikap etisnya,” tandas Pdt. Gomar Gultom.
Ucapan selamat juga disampikan oleh Dirjen Bimas Kristen RI Dr. Jeane Marie Tulung S.Th., M.Pd. Menurutnya, menjadi profesor merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam rangka membawa bangsa ini memasuki pergaulan nasional maupun internasional. Sebab itu, diperlukan adanya kerjasama dan sinergi.
Dia pun melihat, sebagai profesor selalu berdampak dalam pertumbuhan sosial dan budaya. Menjadi profesor juga merupakan pilihan moral yang berpihak kepada ilmu pengetahuan. “Dalam perjalanan panjang menjadi profesor, didalamnya terkandung dedikasi, etos kerja, serta semangat, dan inilah yang telah dilakukan oleh Prof. Binsar Pakpahan,” ujar Jeane.
Sementara itu, Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pdt. Dr. Robinson Butarbutar mengaku bangga atas pencapaian yang telah diraih Prof. Binsar Pakpahan. “Saya sangat bangga dari HKBP ada profesor, selamat untuk Binsar Pakpahan. Ini adalah pencapaian yang luar biasa. Sekaligus mendapat tugas memimpin kampus STFT Jakarta, semoga menjadi berkat bagi pendidikan teologia, bangsa, dan negara,” ujar Ephorus dalam sambutannya.
Pdt. Robinso Butarbutar juga memberi apresiasi kepada STFT Jakarta yang telah berkembang dengan baik, sebagai lembaga gumul juang bagi pendidikan theologia. Dia pun menitipkan 90 orang calon pendeta yang kini studi di kampus tersebut, agar menjadi pendeta yang handal, penuh integritas, inovatif, dan beriman.
Pada kesempatan itu, Pdt. Prof. Binsar Jonathan Pakpahan dalam orasi ilmiahnya bertajuk Berteologia dari Hati: Cara Teologi Menyikapi Perkembangan Artificial Intelligence (AI), mengungkapkan, perkembangan AI sebenarnya sudah lama digunakan dalam kebutuhan sehari-hari seperti Google Maps, musik, film, dengan mengandalkan algoritma. Sebagai mesin logis, perbedaan utama AI dan manusia adalah lompatan pemikiran yang dimiliki manusia dengan hati yang mengalami perjumpaan dengan kasih Yang Mahakuasa.
Menurutnya, dengan hati, seseorang bisa memilih untuk mengampuni, memiliki harapan, dan mencintai, ketiganya secara rasio jadi tidak logis, namun hati membuat orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan memilih jalan yang menjadikan dunia lebih baik lagi.
Dia pun menyimpulkan, pertama, AI tidak bisa mengganti manusia karena manusia memiliki kebebasan untuk memilih apa yang tidak ditetapkan penciptanya. Seperti dalam bidang ilmu lain yang memerlukan refleksi, AI hanya bisa menjelaskan teologi dari set data yang diberikan kepadanya, tidak bisa melakukan lompatan rasio dalam teologi.
Kedua, tanpa regulasi yang baik, AI digunakan oleh korporasi yang memiliki kemampuan dan motivasi ekonomi, sehingga algoritma keuntungan menjadi utama. Pada akhirnya, AI mampu menimbulkan bias, kesenjangan, dan diskriminasi. Di poin kedua ini Prof. Binsar Pakpahan menekankan pentingnya akademisi dan institusi religi untuk menyuarakan penjagaan moral, dan tidak menyerahkannya kepada algoritma AI.
Guru Besar Teologi Termuda di Indonesia
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 44684/M/07/2023 tentang kenaikan jabatan akademik dosen, menetapkan Binsar Jonathan Pakpahan, S.Si (Teol)., M.A., Ph.D. menjadi Profesor dalam bidang ilmu Filsafat dan Etika dengan angka kredit sebesar 865,50. Penetapan ini terhitung mulai tanggal 1 Juni 2023.
Dengan ketetapan ini, secara resmi dia menjadi Guru Besar Teologi termuda di Indonesia. Pencapaian sebagai Guru Besar menambah rentetan prestasinya yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai ketua terpilih STFT Jakarta dan akan dilantik pada hari Sabtu, 30 September 2023.
Gelar profesor merupakan jenjang jabatan tertinggi dalam dunia akademik. Mencapai gelar tersebut tentu tidak mudah terlebih di usia muda. Prof. Binsar Jonathan Pakpahan, Ph.D. membuktikan mencapai gelar guru besar di usia relatif muda tidaklah mustahil, yakni di usia 42 tahun dan 10 bulan. Untuk bidang ilmu lain, mungkin ada yang lebih muda, namun di bidang teologi, seseorang juga harus melewati pendidikan kependetaan dari gerejanya masing-masing sebelum menjadi dosen. Prof. Pakpahan tidak hanya menjadi yang termuda dalam sejarah STFT Jakarta, tetapi juga dalam sejarah dunia teologi di Indonesia.
Pewarta: Markus Saragih