JAKARTA,PGI.OR.ID-Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua yang akan berlangsung sejak 2-15 Oktober 2021, merupakan kesempatan bagi masyarakat Papua untuk menunjukkan keramahan, kasih dan kebersamaan yang terpancar kepada sesama yang tengah bertanding dalam berbagai cabang olahraga.
Dilangsungkannya PON XX di Papua tidak bisa dilepaskan upaya dari berbagai pihak, baik pemerintah provinsi maupun masyarakat Papua. Diatas segala itu, PON di Papua merupakan bagian dari rencana Tuhan bagi rakyat Papua. Karena itu masyarakat Papua hendaknya memanfaatkan kesempatan menjadi tuan rumah dengan memancarkan karakter Kristus karena kehidupan masyarakat Papua tidak lepas dari kekristenan.
Demikian benang benang merah dari Webinar Memaknai PON XX Papua Sportif! Papua Juara!, yang diadakan Sekolah Tinggi Teologi Indonesia di Jakarta dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia, pada Jumat (1/10).
Pada kesempatan itu, Pdt. Dr. Agus Santoso mengungkapkan, bukan suatu kebetulan jika setelah sekian lama, Papua mendapat giliran menjadi penyelenggara PON. “Kesempatan ini bukan merupakan kebetulan,” ujar mantan Ketua STT Cipanas ini.
Alumnus Universitas Heidelberg ini menambahkan, olahraga merupakan ajang sportifitas yang menarik dimana para duta olahraga dari berbagai provinsi akan unjuk kebolehan. Karena itu, jangan dicederai oleh sikap yang tidak sportif. Para olahragawan dari Papua dan masyarakat Papua sebagai tuan rumah wajib menjaga dan memeliharanya sehingga akan memberi kesan baik terhadap peserta.
Lebih jauh pendeta Gereja Isa Almasih dan penasihat PTAKI ini menjelaskan, dirinya melihat pelaksanaan PON XX di Papua merupakan bagian dari rencana Tuhan bagi rakyat Papua. “Melalui PON ini, Papua tidak hanya lebih dikenal secara nasional, tapi juga dunia,” ujarnya.
Sementara itu, Pdt. Dr. Lenis Kogoya mengungkapkan, masyarakat Papua telah siap menyelenggarakan PON XX. “Kami siap dan menyambut para peserta.” dosen STT dan pendeta Sinode GIDI ini melihat, penyelenggaraan PON XX yang diadakan di 4 tempat, dampaknya tidak terlalu dirasakan oleh rakyat Papua secara keseluruhan. Namun dirinya berharap dengan penyelenggaraan PON setidaknya rakyat Indonesia tahu bahwa Papua merupakan tanah yang damai.
“Kami pendeta-pendeta di Papua sangat mendukung PON XX ini. Tidak hanya agar acara bisa sukses, tapi juga para atlet dari seluruh Indonesia bisa melihat betapa kedamaian begitu nyata di Tanah Injil tersebut,” ujarnya.
Melalui PON XX, lanjut Lenis, karakter kekristenan di Papua yang ramah, menghargai dan sarat nilai inklusif diperkenalkan. “PON XX merupakan pesta rakyat dimana masyarakat mendapat kesempatan bersukacita dalam ajang olahraga untuk mencapai juara dengan sportifitas yang menghargai kelebihan dan kemampuan sesama,” katanya.
Sedangkan Dosen STT Baptis Papua dan Ketua Persekutuan Gereja-gereja se-Kota Jayapura Pdt Dr. James Wambrauw mengatakan, PON XX di Papua sejatinya tidak berhenti saat acara berlangsung, melainkan harus memberi makna berkelanjutan bagi masyarakat Papua. “Pelaksanaan PON XX merupakan kehormatan bagi rakyat Papua. Namun, dampak yang dirasakan harus berkesinambungan, tidak hanya saat acara berlangsung,” ungkapnya.
Menurutnya, keberhasilan Papua mengadakan PON patut diapresiasi dengan membangun venue-venue berkelas dunia. Hanya saja, setelah acara tersebut, harus dipikirkan bagaimana pemanfaatan dan perawatan kedepannya.
Dalam pengantar diskusi, Dr. Robby Repi Plh Ketua STT Indonesia Jakarta menyampaikan bahwa webinar ini merupakan bentuk kepedulian gereja terhadap event akbar yang tengah berjalan di Papua saat ini, dan sekaligus berharap PON XX ini bisa memberi dampak positif bagi masyarakat Papua.
Pewarta: Markus Saragih