BANDUNG,PGI.OR.ID-Kerjasama dan sinergi lintas lembaga dan gereja dalam pengelolaan tanggap bencana di Cianjur, saat tanggap darurat dan pemulihan awal, telah memberikan pembelajaran dan menghasilkan praktik-praktik baik yang perlu dikembangkan dan diterapkan dalam pengurangan risiko bencana oleh lembaga dan gereja di daerah lain.
Hal tersebut mengemuka dalam Workshop Pembelajaran Pos Terpadu Cianjur yang diselenggarakan bersama oleh PGI, PGIW Jabar, Jejaring Komunitas Kristen untuk Penaggulangan Bencana di Indonesia (Jakomkris PBI) dan Sinode Gereja Kristen Pasundan di Bandung, pada Jumat (19/5/2023).
Dalam sambutan melalui video, Sekum PGI Pdt Jacky Manuputty berharap bahwa melalui kegiatan ini dapat mendorong pembentukan unit penanggulangan risiko bencana di gereja-gereja di daerah yang lain. “Pertemuan ini juga dalam harapan kami, bisa menegaskan kebutuhan untuk menginstalasi, membangun, memperkuat unit penanggulangan bencana pada level gereja-gereja lokal. Kita bisa memperluasnya, bukan saja di Cianjur atau di Jawa Barat tetapi juga bisa menjadi model yang didorong kepada gereja-gereja dari berbagai region di Indonesia yang kita tahu persis berada pada pada wilayah supermall bencana”.
Pada bagian lain sambutannya, dia mencatat bahwa dalam penanganan bencana gempa Cianjur ini terbangun praktik baik yaitu kerjasama lintas agama dan budaya. “Dalam bencana-bencana seperti ini juga menjadi peluang untuk kita, mengalir keluar dan membangun kerjasama di antara sesama warga bangsa terutama juga antara gereja-gereja lokal dengan masyarakat dari sekitar yang berlainan keyakinan dan latar belakangnya”.
Diakhir sambutannya, Sekum PGI mengharapkan agar PGIW, dan SAG dapat berperan saat terjadi bencana. “Kita bisa belajar dari PGIW Jawa Barat terkait dengan penanganan bencana di Cianjur. Bagaimana menggerakkan dinamika dan juga konsolidasi kerjasama antar gereja-gereja anggota. Hasil dari pembelajaran saat penanganan gempa di Cianjur dapat menjadi satu tools untuk juga ditransfer dalam pembelajaran bersama dengan PGIW dan SAG di berbagai wilayah di Indonesia.”
Berbagai hal terlontar dalam sesi berbagi pengalaman, seperti yang dituturkan Berkat Mendrofa dari PGIW Jabar. Menurutnya, saat ditunjuk untuk mengurusi Pos Terpadu, tidak mempunyai pengalaman sama sekali, namun dengan dukungan dari PGI, PGIW, Jakomkris PBI, Gereja di Cianjur dan para relawan akhirnya pos terpadu dapat berjalan baik.
Hal senada disampaikan juga oleh Dadang Sudardja dari Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim NU Cianjur. “Kerjasama ini pengalaman baru. Inisiatif dari PGI, PGIW. Datang kepada kami, dan kemudian kami respon dengan baik. Meskipun saat itu belum ada pola untuk mengefektikan dan mengifisienkan kerja-kerja bersama penanganan bencana. Namun pada akhirnya LPBI NU Cianjur dapat menemukan model yang dapat dikembangkan menjadi SOP yang dapat dijalankan untuk kerjasama lintas iman saat penanganan bencana”.
Workshop Pembelajaran Pos Terpadu Cianjur berlangsung hingga 20 Mei 2023, dan diikuti oleh perwakilan dari PRB PGI, Yakoma PGI, YEU (YAKKUM Emergency Unit), MDS (Muria Damai Sentosa), PELKESI (Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia), YFH (Yayasan Fondasi Hidup), Gerakan Kemanusiaan Indonesia, GKP Cianjur, GKJ Bandung, dan STT SAPPI Ciranjang Cianjur.
Hasil akhir dari Workshop adalah panduan pendirian dan operasional pos terpadu yang dapat digunakan untuk di lain tempat.
Pewarta: NAS