ABU DHABI,PGI.OR.ID-Sekretaris Jenderal Dewan Gereja Dunia (WCC) Pdt. Prof. Dr Ioan Sauca menyampaikan pesannya dalam pertemuan Global Tolerance Alliance Summit, yang berlangsung di Abu Dhabi pada 16-17 November 2022.
Sauca bertemu dengan para pemimpin lain dari seluruh dunia yang bekerja di berbagai bidang, termasuk pemerintah, entitas agama, dan organisasi non-pemerintah. Para peserta serius untuk menciptakan “platform yang dapat ditindaklanjuti” untuk perubahan penuh kasih di planet kita bersama.
Sauca merenungkan “Belas kasihan melampaui batas—dan jembatan yang membawa kita ke sana.” Dia berbicara tentang bagaimana membangun jembatan keadilan, rekonsiliasi, dan perdamaian merupakan panggilan bagi semua orang beriman.
Dia menceritakan tentang kunjungannya gereja dan orang-orang di Lebanon dan Suriah. “Kami pergi dengan mobil dari Lebanon ke Damaskus dan dari sana ke Aleppo,” katanya. “Kami melihat rasa sakit dan penderitaan orang-orang, bekas kota dan desa yang ditinggalkan dan hancur total.”
Namun, di reruntuhan yang tersisa, di sana-sini, Sauca juga melihat anak-anak di taman kanak-kanak atau ruang kelas, rumah sakit sederhana, dan tempat-tempat yang merawat orang tua. “Kami terharu melihat bagaimana gereja-gereja mengelola dan mengurus proyek-proyek semacam itu, dan bahwa orang-orang yang mendapat manfaat dari proyek-proyek ini bukan hanya orang Kristen, tetapi juga Muslim dan semua yang membutuhkan,” katanya. “Situasi orang-orang, bagaimanapun, tak tertahankan.”
Saat kembali ke Jenewa, dirinya menandatangani surat yang ditujukan kepada Presiden Biden meminta agar sanksi dicabut. “Dan kami masih menunggu dengan harapan mendapat tanggapan,” katanya. “Kami telah melihat sanksi seperti itu di negara lain juga, menimbulkan penderitaan di antara orang-orang, dan kami melakukan yang terbaik untuk menangani mereka dengan belas kasih juga.”
Sauca menyadari, beberapa dari inisiatif atau tindakan semacam ini dianhggap sebagian orang sebagai langkah yang tidak populer atau ketinggalan zaman. “Namun, saya pribadi berpikir bahwa dalam semua situasi kita tidak bisa diam untuk bersaksi tentang nilai-nilai iman kita yang sebenarnya merupakan inti dari identitas kita,” katanya.
Adalah kewajiban moral kita, lanjut Sauca, untuk melihat citra Tuhan di wajah setiap manusia dan untuk mengatasi penderitaan apa pun dari sudut pandang kasih sayang Tuhan untuk semua yang menderita dan membutuhkan, tidak hanya untuk beberapa orang terpilih. (oikoumene.org)