KALTENG,PGI.OR.ID-Bertempat di kecamatan Buntoi, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Sekolah Lapangan Petani Gambut, bagian dari program “Gereja Sahabat Alam” dilaksanakan pada 26-29 Agustus 2021. Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama antara Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Republik Indonesia (BRGM-RI).
Sekolah Lapangan (SL) ini membekali 30 pelayan gereja di Kalimantan Tengah, dengan pengetahuan dan keterampilan merestorasi gambut sekaligus memanfaatkannya secara ekonomis dan berkelanjutan. Mereka terdiri dari pendeta, vikaris, diaken, penatua, dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi. Sangat diharapkan, pasca-SL ini mereka akan menjadi fasilitator-fasilitator di lingkungan atau tempat pelayanannya.
Sebagian dari para peserta sudah terbiasa dengan pertanian, sementara sebagian lagi adalah pelayan dan calon pelayan gereja yang bersentuhan dengan masyarakat petani di sekitar lahan gambut. Bagi mereka yang belum terbiasa bertani, SL ini memotivasi mereka sekaligus membuat mereka berketerampilan dasar dalam bertani. Sementara bagi sebagian peserta yang terbiasa bertani, SL ini juga memberi pengetahuan dan keterampilan baru terkait bertani secara organik, efisien, ramah lingkungan, berkelanjutan, dan bersignifikansi terhadap upaya merestorasi lahan gambut yang telah rusak.
Kegiatan yang bertempat di PSKI Rumah Bambu dan lingkungan Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Buntoi ini juga melibatkan PGI Wilayah Kalimantan Tengah (PGIW Kalteng) dan Sinode GKE. Pdt. Jimmy Sormin, Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (KKC) PGI menjelaskan bahwa kegiatan ini berawal dari kerja sama PGI-BRGM RI yang dimulai pada akhir 2018. Beberapa produk literasi dan lokalatih yang membangun kesadar-tahuan tentang hakikat dan urgensi restorasi gambut telah dibuat. Sementara SL ini merupakan bentuk tindak lanjut berupa pengetahuan dan keterampilan bagi pelayan gereja untuk mengimplementasikan apa yang telah didapatkan pada tahun-tahun sebelumnya.
Pada pembukaan kegiatan, Ketua PGIW Kalteng, Pdt. Mediorapano, M.Min. mengatakan bahwa kegiatan ini sangat disambut baik dan dibutuhkan di Kalteng, di mana warga gereja maupun masyarakat umumnya hidup dengan bertani dan sebagian besar di wilayah gambut. Dengan pelaksanaan kegiatan ini akan menjadi contoh bagi gereja-gereja di Kalteng dalam mengupayakan alam secara tepat dan berkelanjutan, terlebih Kalteng juga menjadi bagian dari program nasional food estate.
Selaras dengan penyampaian Pdt. Mediorapano, Wakil Ketua Umum Majelis Sinode GKE, Pdt. Kinurung Maleh, D.Th. menyambut sukacita kegiatan yang sangat baik ini, seraya mengharapkan bahwa program seperti ini bukan semata kegiatan sementara, jangka pendek, atau tergantung ada/tidaknya program yang dilakukan oleh PGI maupun BRGM-RI. Seyogianya pembinaan warga gereja terkait hidup yang peduli dengan keberlangsungan alam, serta aksi-aksi konkret dan intensif, menjadi tugas penting yang tidak terpisahkan dari pelayanan gereja.
SL yang secara perdana dilakukan pada lingkungan gereja ini melibatkan fasilitator-fasilitator yang sangat berpengalaman dan berinovasi dalam kerja-kerja mereka. Tidak hanya berasal dari lembaga pemerintahan maupun organisasi sipil yang bergerak dalam isu kehutanan dan pertanian, salah seorang fasilitator adalah juga petani yang telah berpengalaman dan sukses dalam berinovasi di tempat asalnya.
Pada kesempatan SL ini, BRGM RI juga menyerahkan mini traktor dan beberapa perlengkapan pertanian lainnya kepada PGIW Kalteng. Tidak menunggu lama, alat-alat pertanian ini dipakai untuk praktik lapangan dalam mengelola tanah dan menanam beberapa komoditas tumbuhan di lahan gereja GKE Buntoi. Alat-alat tersebut kemudian dipercayakan untuk dimanfaatkan oleh jemaat GKE Buntoi yang telah turut membantu terselenggaranya kegiatan ini.
Antusiasme para peserta, ketekunan dan kepiawaian fasilitator dalam melatih dan memfasilitasi, telah membuat SL ini terasa sangat dinamis. Para peserta sangat terkesan dan merasa bersyukur telah mengikuti SL yang telah membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan, serta jaringan atau pertemanan baru yang peduli terhadap persoalan lingkungan hidup. Salah satu harapan mereka ke depan, akan ada pertemuan lanjutan untuk mengevaluasi apa yang telah dilakukan pasca-SL, serta memberi tambahan pembekalan.
Keberhasilan dan evaluasi atas SL perdana untuk komunitas gereja ini akan menjadi acuan dalam pelaksanaan SL berikutnya pada provinsi-provinsi prioritas restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove.