MANSINAM,PGI.OR.ID-167 tahun adalah waktu yang sangat panjang dalam pengertian kronos, tetapi juga bentangan waktu yang panjang untuk menakar kairos, kesempatan emas yang selalu muncul dalam perjalanan bersama Tuhan. Gereja-gereja di Papua adalah gereja-gereja yang sejak awal terpanggil untuk menyatakan Kairos Tuhan dan mengumandangkan Injil sebagai kabar baik di tanah ini.
Demikian sambutan Sekretaris Umum PGI, Pdt. Jacklevyn Frits Manuputty pada acara Peringatan 167 Tahun masuknya Injil di Papua, yang diselenggarakan di Pulau Mansinam, Papua Barat, Sabtu (5/2/2022).
“Ini tantangan yang tidak ringan, terutama untuk memberitakan makna Injil di tengah gejolak politik panjang yang mendukacitakan orang Papua. Baik pada saat perang tahun 1946-1962, saat krisis politik pada Pepera 1969, maupun ketika sumber daya alam Papua dieksploitasi habis-habisan oleh kerakusan multinasional dan trans-nasional korporasi, dan kekerasan beranak pinak pelanggaran HAM sejak Orde Baru sampai saat ini,” jelasnya.
Atas semua perjuangan untuk mengamplifikasi berita Injil di tengah tantangan ini, lanjut Pdt. Jacky, patutlah PGI berterima kasih kepada gereja-gereja di Tanah Papua yang menyediakan ruang pembelajaran sangat luas bagi gerakan Oikoumene di Indonesia, selalu belajar bahwa untuk menjaga Injil sebagai kabar baik tidak saja dibutuhkan suara profetis, tetapi juga nyali profetis. Nyali profetis untuk mengerjakan karya-karya pembebasan demi hadirnya Tahun Rahmat Tuhan di negeri ini.
Terima kasih juga kepada semua pelayan dan hamba Tuhan, serta masyarakat Papua, yang tetap tegar berdiri untuk mengumandangkan Papua Tanah Damai dan setia memperjuangangkannya di tengah himpitan ketidakadilan, ketidakbenaran, serta kerakusan kaum oligarki yang merambah negeri ini. Terima kasih untuk tetap memelihara sukacita di tengah gumpalan dukacita akibat berbagai kasus pelanggaran HAM di tanah ini.
“Terima kasih karena Injil memampukan saudara-saudara untuk tetap menawarkan cinta dan pengampunan di tengah stigma, prasangka, dan ketidakadilan atas bumi dan manusia Papua. Terima kasih untuk kesetiaan menerjemahkan nilai Injil dalam kesediaan membuka hati untuk bekerjasama dengan pemerintah dan semua pihak yang berkehendak baik untuk membangun tanah Papua, bahkan untuk membangun Indonesia dari Papua. Namun, terima kasih juga atas keteguhan bersandar pada kebenaran nilai-nilai Injil untuk mengoreksi berbagai intervensi pembangunan yang tak membawa damai sejahtera bagi Papua. Akhirnya, terima kasih untuk semua anak Papua yang bertahan menjaga Api Injil untuk terus bernyala di setiap jengkal tanah berkat ini, dan menjadikannya jangkar bagi karya-karya pembebasan,” kata Sekum PGI.
Menurutnya, jika dua anak muda missionaris Eropa, Ottouw dan Geissler pada 167 tahun lalu datang ke tanah ini sambil mengusung semangat proselitisme kaum pietis Eropa berdasarkan tafsir atas Matius 28, maka Injil dalam perkembangannya di tanah Papua saat ini haruslah dinyatakan dalam semangat Lukas 4:18-19, Tahun Rahmat Tuhan adalah tahun pembebasan. “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang”.
Dalam semangat pembebasan ini, ujar Pdt. Jacky, kita merayakan peringatan 167 tahun Injil masuk tanah Papua dengan keyakinan bahwa Allah di dalam Kristus adalah Sang Alfa dan Omega yang setia berjalan bersama gereja-Nya di tanah Papua, menuju penggenapan datangnya Tahun Rahmat Tuhan bagi bumi dan masyarakat Papua.
Pewarta: Markus Saragih