SUMBA,PGI.OR.ID-Bencana banjir dan badai siklon yang terjadi di Sumba Timur, pada 4 dan 5 April 2021 telah menggugah rasa kemanusiaan dan keadilan ekologis bagi banyak pihak. Tidak terkecuali bagi Gereja Kristen Sumba (GKS). Gerakan membantu sesama yang terdampak bencana dilakukan secara merata pada siapa saja tanpa memandang batas kelompok, etnik apalagi perbedaan keyakinan keagamaan.
GKS melalui Posko Bencana GKS melakukan pelayanan darurat pada semua pihak, bukan hanya pada warga jemaat. Prinsip pelayanan inilah yang menghantar Posko Bencana GKS dapat hadir dan menyalurkan bantuan kebutuhan mendasar, baik sandang maupun pangan, pada saudara-saudara muslim di Masjid Nurul Huda, Kayuri. Pada kesempatan menyalurkan bantuan tersebut, dipergunakan juga untuk berbuka puasa dengan saudara-saudara Muslim yang sedang melaksanakan ibadah puasa.
Menurut Ketua Umum Sinode GKS Pdt. Pdt. Alfred Djama Samani, ada beberapa catatan refleksi yang dapat dibuat melalui aksi ini, yaitu pertama, perbedaan yang terjadi ditengah kehidupan manusia adalah fakta yang hakiki. Namun perbedaan itu tidak harus menimbulkan sikap “membeda-bedakan”. Kedua, kita boleh berbeda, namun namun kita masih berpihak dibumi yang sama, sama-sama menghadapi dan mengalami berbagai persoalan kehidupan. Oleh karena itu masalah bersama tersebut haruslah pula ditanggung bersama dalam rasa kasih dan peduli sebagai sesama insan di bumi ini.
Ketiga, bencana banjir dan badai Siklon Seroja yang terjadi pada satu sisi meluluhlantakan bumi Sumba Timur, namun pada sisi lain justru membuka ruang dan panggung kehidupan bagi setiap orang untuk saling peduli, solider, tolong menolong dan saling menguatkan tanpa memandang perbedaan apapun diantaranya. Masalah kemanusiaan telah menjadi serambi kehidupan dan rasa kemanusiaan yang mempertemukan banyak pihak dalam pergumulan dan perjuangan yang sama demi kemanusiaan.
Keempat, GKS melalui Posko Bencana GKS telah dan sedang memperjuangkan prinsip-prinsip multikulturisme dalam konteks hidup bersama di Indonesia khusunya di Sumba. Oleh karena multikulturisme itu sendiri adalah sikap penerimaan secara iklas terhadap keanekaragaman kehidupan di dunia termasuk terhadap perbedaan kebudayaan dan berbagai macam realitas masyarakat yang berkaitan dengan nilai-nilai sitem sosial, praktik budaya, adat-kebiasaan bahkan juga filosofinya.
“Nilai-nilai dasar inilah yang dibutuhkan oleh dunia disaat banyak manusia terjebak dalam berpikir sektarian dan primordialis, sehingga kedamaian nyaris mustahil terwujud karena digeser oleh perjuangan-perjuangan kelompok untuk kepentingan sendiri. Sesungguhnya dalam keadaan dan komitmen yang demikian, GKS sedang mengekspresikan nilai dasar etis-kemanusiaan yang menjadi hukum utama dalam ajaran Alkitab Kasihilah Sesamamu Manusia Seperti Dirimu Sendiri,” jelasnya. Pdt. Alfred Samani.
Berpijak pada hal di atas, lanjut Pdt. Alfred Samani, GKS melalui Posko Bencana GKS siapa melayani siapapun sesama manusia yang sedang menderita dan membutuhkan. GKS sedang dalam perjuangan kekal untuk menghadirkan keadilan ekologis dan yang terutama GKS (gereja) sedang melanjutkan “karya penyelamatan” Kristus dalam kontkes Keutuhan Ciptaan Tuhan.
Pewarta: Markus Saragih