JAKARTA,PGI.OR.ID-Pandemi Covid-19 yang telah berjalan lebih dari satu tahun meluluhlantakkan seluruh sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Berharap akan mengalami penurunan, tetapi justru pandemi semakin memprihatinkan terlebih dengan munculnya varian baru. Korban terus berjatuhan, dan ratap tangis keluarga yang ditinggalkan seakan tiada henti.
Rumah sakit pun tidak lagi mampu menampung sekalipun dengan tenda, tenaga kesahatan bahkan turut menjadi korban. Belum lagi kelangkaan oksigen dan obat-obatan karena tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pasien covid-19 yang semakin meningkat.
Menyikapi situasi ini, lembaga gerejawi aras nasional yang tergabung dalam Forum Umat Kristen Indonesia (FUKRI) bersama Jaringan Doa Nasional (JDN) mengajak umat menaikkan doa bersama dalam acara Ratapan dan Doa Bagi Bangsa, yang dilaksanakan secara virtual, pada Jumat (16/7). Sekitar 3000 warga gereja lintas denominasi mengikuti kegiatan ini, baik melalui zoom serta youtube Yakoma PGI.
Sekretaris Umum PGI Pdt. Jacklevyn Fritz Manuputty dalam sambutannya menegaskan, Covid-19 yang digdaya ini tidak hanya menghantam kondisi kesehatan kita, tetapi juga berdampak luas kepada seluruh aspek kehidupan, banyak orang kehilangan pekerjaan, dan secara ekonomi mengalami keterpurukan. Jurang antara yang berpunya dan papa semakin lebar terbuka.
Selain itu, teriakan minta tolong, tangisan, dan ratapan telah kita dengar dimana-mana. Pandemi Covid-19 bagi banyak orang telah bermutasi menjadi epidemi keputusasaan. Sungguh pandemi Covid-19 telah menjadi koreksi kemanusian yang sangat dahsyat. Dihadapan virus yang tidak kelihatan ini kita disadarkan bahwa sesungguhnya kerapuhan menjadi tempat dimana kita berdiri bersama.
“Di atas panggung kerapuhan manusia tidak ada bedanya. Presiden dengan rakyat jelata, seorang pemimpin agama tidak lagi berjarak dengan umatnya, seorang konglemerat tidak lebih untung daripada mereka yang miskin papa. Virus Sars Covid-19 yang kecil dan tidak kelihatan ini bisa menerobos seluruh perbedaan di antara kita, dan menginveksi siapa saja tanpa kecuali bila kita tidak waspada,” jelasnya.
Lanjut Sekum PGI, di dalam kerapuhan dan keterbatasan ini, kita dituntun untuk datang kepada Allah, Sang Hidup yang digdaya dan tanpa keterbasatan itu, kita membawa ratapan, tangisan, dan kemalangan kita dalam untaian doa syair dan nada. Dalam ratapan dan doa kita percaya bahwa Allah bersolider dalam penderitaan kita, Allah tidak meninggalkan kita, Ia meratap bersama kita, namun Ia juga yang akan mengangkat kita dari lembah air mata ini, dan menjadikan segala sesuatu baru dan indah pada waktunya.
Pada kesempatan itu, perwakilan lembaga gerejawi aras nasional seperti Pdt. Jhoni Mardi-santosa (PBI), Pdt. David Panjaitan (GMAHK), Romo Daniel Bambang D. Byantoro (GOI), Mayor Kriston Harinei (Bala Keselamatan) dan Charles Jonan (JDN), secara bergantian memanjatkan doa syafaat, memohon lawatan, pertolongan, dan pengampunan Allah sehingga pandemi ini segera berlalu. Memohon agar Allah menolong pemerintah pusat maupun daerah, untuk segera dapat menemukan solusi terbaik sehingga Indonesia bisa keluar dari situasi yang mencekam ini. Demikian pula kepada TNI, Polri, dan para tenaga kesehatan baik di pusat maupun di pelosok-pelosok, yang menjadi garda terdepan dapat tetap bertahan dalam menjalankan tugas yang semakin berat karena naiknya meningkatnya mereka yang terpapar Covid-19.
Selain itu, memohon kiranya Allah menumbuhkan kesadaran dari orang-orang yang menimbulkan kegaduhan dan kekacauan ditengah situasi pandemi ini melalui pemberitaan dan informasi yang tidak benar, untuk mau mendukung program PPKM Darurat yang dijalankan pemerintah dalam rangka menekan penulaan virus Covid-19. Demikian pula pemulihan ekonomi bangsa, penyembuhan, pengharapan bagi yang terpapar Covid-19, serta kekuatan dan penghiburan bagi yang berduka.
“Kami mohon kiranya Engkau memulihkan ekonomi bangsa ini. kami percaya tangan Mu yang tidak terbatas itu dapat memulihkannya, juga ketersediaan obat dan vaksin agar dapat terwujud, dan pada akhirnya seluruh masyarakat boleh mendapatkan vaksin,” ujar Mayor Kriston Harinei dalam doanya.
Selain doa, kegiatan yang berlangsung sekitar 1,5 jam ini, juga diisi puji-pujian oleh PS Bala Keselamatan, gabungan PS Yamuger-PS GKI Perumahan Citra I, dan Jeffry Tjandra. Juga kesaksian penyintas Inri Sianturi, terkait pengalamannya ketika harus berjuang untuk melawan virus covid-19. Dan refleksi singkat Ratapan, Harapan, dan Pemulihan yang disampaikan oleh Ketua Umum PGLII Pdt. Ronny Mandang, M.Th.
Rangkaian kegiatan Ratapan dan Doa Bagi Bangsa tidak berakhir di sini. Jemaat dan gereja-gereja diharapkan dapat melanjutkannya lewat doa dalam keluarga selama sepekan (17-23 Juli), untuk berdoa selama 5-10 menit pada pukul 06.00 WIB/WITA/WIT bagi pemulihan bangsa. Juga bagi gereja-gereja yang memiliki lonceng dapat membunyikannya sesuai konteks gereja masing-masing.
Pewarta: Markus Saragih