INDIA,PGI.OR.ID-Perhelatan akbar gereja-gereja di Asia, Sidang Raya ke-15 Christian Conference of Asia (CCA), dimulai pada Kamis (28/9/2023). Kegiatan rutin limatahunan ini, mengambil tempat di sebuah kota kecil bernama Kottayam, di Selatan India. 500an peserta yang terdiri dari delegasi, peninjau, dan para mitra CCA, memenuhi area gereja Jerusalem Mar Thoma, gereja terbesar di India Selatan, untuk mengikuti kegiatan yang akan berlangsung sejak 28 September-3 Oktober 2023.
Perjumpaan antardenomansi, budaya dan bangsa ini seyogianya diadakan pada 2020 lalu. Namun pandemi Covid-19 telah memaksa gereja-gereja di Asia menundanya hingga 2023 ini. Rasa Syukur akan kasih Tuhan yang mengizinkan kembali perayaan iman ini sungguh terasa memenuhi wajah setiap insan penggerak arak-arakan ekumenis di Asia. Tak jarang jabatan tangan dan pelukan yang erat di antara para peserta terlihat di setiap sudut area kegiatan sidang raya.
Di tengah suasana hujan yang membasahi Kottayam, pembukaan sidang raya di J.M. Hall diawali dengan ibadah yang penuh khidmat dan bernuansa budaya India. Liturgi yang selaras dengan tema sidang raya, “God, Renew Us in Your Spirit and Restore the Creation” menguatkan atmosfer di kegiatan pembuka ini sekalipun dikemas dengan peragaan-peragaan sederhana.
Seusai ibadah, dilanjutkan dengan pembukaan kegiatan secara seremonial oleh para pimpinan gereja dari Dewan Nasional Gereja-gereja India (NCCI), CCA, Dewan Gereja-gereja Dunia (WCC), dan tak ketinggalan kelima gereja yang mensponsori kegiatan ini. Di atas panggung, tampak satu-satunya figur perempuan, Pdt. Henriette Lebang-Hutabarat, selaku Presiden WCC, di tengah para pimpinan pria yang mendominasi acara pembukaan ini.
Pada sambutannya, Sekretaris Jendral CCA, Dr. Mathews George Chunakara, menjelaskan kepada forum tentang pentingnya kegiatan ini dalam gerakan oikoumene gereja-gereja di Asia, dan sekaligus juga bagi dunia.
Menurut Matthew, sejak gerakan mondial ini terbentuk, sambutan gereja-gereja atas kehadiran CCA dan beragam programnya disambut dengan baik. Hal itu bisa dilihat dari pelaksanaan sidang-sidang raya CCA yang bergerak dari waktu ke waktu, dari satu negara ke negara lain sebagai tuan rumah penyelenggaraannya.
Ia juga menyampaikan, bahwa dengan pemilihan tema serta isu-isu aktual dan krusial di tengah masyarakat, secara nasional dan regional, persidangan CCA telah menggerakan gereja-gereja dan mitra oikoumenis untuk mengembangkan beragam bentuk aksi profetis yang relevan dengan konteks dan tantangan masing-masing. Setidaknya setiap perjumpaan kita turut memperbarui panggilan kita sebagai gereja-Nya yang dipanggil untuk melayani Tuhan melalui sesama dan ciptaan lainnya.
Acara di hari pertama ini ditutup dengan ceramah kunci terkait tema sidang raya CCA, yang sampaikan oleh Rev. Prof. Dr. Jerry Pillay, Sekretaris Jendral WCC. Jerry memulai dengan konteks dunia saat ini yang bergumul dengan tantangan nyata, antara lain perubahan iklim, masalah pengungsi, kemiskinan, perang, dan perkembangan teknologi digital. Jerry mengatakan bahwa tema sidang raya ini sangat kuat, mengajak gereja-gereja untuk mengatasi bersama beragam tantangan yang ada secara solid dan berkelanjutan.
Jerry mengungkapkan bahwa gereja-gereja jangan melupakan panggilannya untuk mentransformasi masyarakat dengan terang kasih Kristus. Ini semua kita lakukan karena menjadi tugas kita untuk memuliakan Tuhan dan demi keutuhan ciptaan-Nya. Kita harus berbicara dengan diri kita sendiri, sebelum kita bersuara pada dunia tentang apa yang harus dunia lakukan. Kesalahan berteologi pada masa lalu yang mementingkan kehidupan manusia sebagai yang paling utama telah merusak dunia ini.
Ditambahkan, sekarang bagaimana kita merestorasi ciptaan yang telah rusak oleh ulah kita. Semesta ini adalah anugerah Tuhan. Dalam Kejadian pasal 3, telah mengajarkan kita tentang relasi yang tidak hanya tentang Tuhan dan manusia, tetapi dengan seluruh ciptaan. Kita ada dalam interdependensi, dan itu yang harus kita akui dan hidupkan kembali dengan “metanoia.”
Bagi Jerry, Kerajaan Allah tidak hanya bersifat spiritual. Kerajaan Allah itu adalah di antara kita, dalam dunia material ini. Kerajaan Allah itu membebaskan. Ia menjadi orientasi kita untuk menjadi manusia sesungguhnya, menjadi panduan untuk tatanan dunia yang lebih baik. Itu yang menandakan kehadiran Kerajaan Allah di dunia ini. Gereja jangan melupakan pula, bahwa Kerajaan Allah itu akan sungguh-sungguh datang dengan tanda kedatangan Yesus kedua kalinya.
Setelah ceramah ini usai, para peserta diajak untuk menikmati makan malam bersama di pelataran gereja Jerusalem Mar Thoma, dengan menu dominannya adalah makanan-makanan khas India. Kemudian para peserta difasilitasi untuk kembali ke penginapan masing-masing.
Pewarta: Pdt. Jimmy Sormin