Karya Pastoral Berbagi pada Masa Pandemi
JAKARTA,PGI.OR.ID-Karya Pastoral Berbagi bagian dalam pelayanan yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan gereja, dan merupakan respon gereja untuk menyatakan belas kasih Allah, karena kita telah lebih dulu menerima kasihNya. Inilah dasar dari pelayanan Jemaat GKJ Manahan, Surakarta, ketika memberikan pertolongan kepada mereka yang terdampak pandemi Covid-19.
Hal tersebut disampaikan oleh Pdt. Retno Ratih Suryaning Handayani, M.Th.,MA dalam diskusi virtual bertajuk Pastoral Berbagi: Berbagi dalam Pelayanan Pastoral pada Masa Pandemi, Selasa (24/8/2021).
Bertolak dari pengalaman Jemaat GKJ Manahan, lanjut Pdt. Retno Ratih, ketika virus Corona melanda Indonesia di 2020 lalu, terjadi perubahan yang luar biasa di lingkungan sekitar gereja. Sebagai bentuk karya pastoral gereja pun melakukan kegiatan dalam dua kategori, bagi yang terdampak pandemi dan mereka yang terkonfirmasi posisitif terpapar covid.
“Dalam percakapan kami dengan tukang becak, pedagang mainan, mereka mengatakan sangat kesulitan bahkan untuk makan sehari-hari. Maka ide yang muncul adalah program makan siang untuk sahabat karena sebelum ramadhan, kami menghimpun makan siang dengan nasi bungkus, kenapa nasi bungkus karena sangat memungkinkan jemaat banyak yang berpartisipasi,” ungkapnya.
Program tersebut dimulai sejak 7 April hingga 19 Juni sebanyak 3 kali dalam seminggu, dan mendistribusikan hampir 27 ribu nasi bungkus. “Meski berhenti sampai 19 Juni tapi tidak menghentikan concern kami untuk berbagi dan peduli di tengah pandemi yang masih berlangsung. Bahkan kami menghayati program ini juga program lintas iman. Karena tidak hanya GKJ Manahan, tetapi teman-teman lintas iman bergabung bersama,” jelas Anggota MPH-PGI ini.
Bentuk lain dari karya Partoral Berbagi yang dilakukan oleh GKJ Manahan yaitu mengembangkan komunitas Dipulihkan untuk Memulihkan. Komunitas para penyintas covid-19 ini menjadi kekuatan bagi GKJ Manahan dalam mendampingi jemaat dan masyarakat yang terkonfirmasi dan terdampak positif covid-19. Dan melalui Komunitas ini berupaya menemukan metode yang tepat dalam mendampingi jemaat yang terkonfirmasi.
“Jadi ini beberapa hal yang kami lakukan sebagai gereja, ketika kami memahami Pastoral Berbagi itu tidak hanya berada pada tataran memberi nasihat, tetapi bagaimana melalui pendampingan itu jemaat sungguh dikuatkan. Melalui karya pastoral itu kita merespon belas kasih Allah untuk merawat umat dan menjaga kehidupan, juga memulihkan bagi yang sudah dipulihkan mempunyai semangat untuk memulihkan mereka yang terluka,” jelas Pdt. Retno Ratih.
Sementara itu, narasumber lain Pdt. Dr. Johannes Setiawan dalam materinya berjudul Pastoral Berbagi dalam Terang Perumpamaan Orang Samaria (Menurut Pemikiran Emmanuel Levinas) mengungkapkan, Pastoral Berbagi memanggil kita memeluk yang lain sebagai yang lemah: anak-anak korban kekerasan, anak-anak yatim piatu setelah kedua orang tuanya meninggal karena covid, mereka yang tidak mampu membeli oksigen, para pelaku isoman yang tidak terawat dengan baik. Selain itu, Pastoral Berbagi juga mengundang gereja menjadi Communion yang bertanggung jawab sekaligus menjadi model bergereja di masa Pandemi.
“Pastoral Berbagi dimulai dengan proses melihat. Inilah yang menurut Levinas “bertanggung jawab.” Melalui komunikasi wajah tepatnya wajah yang asimetris, berhadapan langsung, bukan yang diperlihatkan oleh Imam dan orang Lewi selaku “yang sama”, yang terstruktur oleh keagamaan legalistik, beku, dan berwajah escapis,” katanya.
Dosen Pascasarjana STT Cipanas ini menambahkan, Pastoral Berbagi memanggil kita untuk menyadari peran-peran di sekitar kita yang diharapkan mampu menuntaskan masalah diskriminasi baik fisik maupun verbal. Dan disinilah empati kita berkembang. “Proses empati kita juga melibatkan pandangan Levinas bahwa tanpa apapun yang “melekat” padanya, kita harus bertanggung jawab kepadanya,” pungkas Pdt. Johannes.
Diskusi Pastoral Berbagi: Berbagi dalam Pelayanan Pastoral pada Masa Pandemi yang diinisiasi oleh PGI bersama Ikatan Profesi Pastoral Indonesia (IPPI) ini, merupakan kegiatan rutin 2 bulan sekali lewat Program K-TALKS Ruang Berbagi.
Pewarta: Markus Saragih