JAKARTA,PGI.OR.ID-Dirjen Bimas Kristen Kemenag RI Dr. Jeane Marie Tulung, S.Th., M.Pd, berkunjung sekaligus bertemu dengan MPH-PGI di Grha Oikoumene, Jakarta, pada Rabu (28/9/2022). Turut serta dalam kunjungan tersebut, diantaranya Direktur Urusan Agama Kristen Jannus Pangaribuan, Direktur Pendidikan Agama Kristen Pontus Sitorus, Sekditjen Urbanus Rahangmetang, Kasubdit Lembaga Suwarsono, dan Analis Hukum Ahli Muda Johnson Parulian.
Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom mengucapkan selamat datang, dan menyampaikan selamat atas terpilihnya Jeane Marie Tulung sebagai Dirjen Bimas Kristen yang baru. “Ini kali pertama Dirjen mengunjungi PGI lengkap dengan semua eselon dua dan beberapa eselon 3,” ujar Pdt, Gomar Gultom.
Dia pun mendoakan agar Dirjen Bimas Kristen, sebagai mitra strategis PGI, selalu diberikan kekuatan dan kesehatan dalam menjalankan tugas panggilan yang berat.
Pada kesempatan itu, Ketum PGI memaparkan tentang peta gerakan oikoumene di Indonesia terutama dalam hubungan PGI dan Pemerintah RI. Diawali dari sejarah perkembangan gereja yang diwarnai perpecahan dan peperangan antardenominasi (Reformasi Luther 1571), dan perang 30 tahun yang dampaknya sampai mempengaruhi konstitusi.
Gerakan Oikoumene di Indonesia, menurutnya, juga berhadapan dengan kenyataan adanya keberagaman gereja, dengan berbagai denominasi, diantaranya Reformed, Lutheran, Methodist, Mennonite, Presbiterian, Pentakosta, Injili, Baptis, Bala Keselamatan, dan Orthodox.
Selain itu, dalam hal/isu pembangunan gereja, di mana dalam satu lokasi terdapat 1 masjid dan 4 gereja menimbulkan kekhawatiran warga, serta pertambahan gedung gereja yang tidak selalu berbanding lurus dengan pertambahan umat Kristen.
Lebih jauh dijelaskan, dalam Gerakan Oikoumene Indonesia muncul apa yang disebut “Gereja Kristen yang Esa” secara struktural atau fungsional. Namun sejak 25 tahun pertama PGI, diskusi di sekitar topik tersebut tidak mampu menjawab pergumulan gereja.
Ditambahkan, dalam Sidang Raya PGI di Kinasih, muncul dua arah baru dari Gerakan Oikoumene. Pertama, dari deinstitusionalisasi menjadi inclusive ecumenism. Kedua, keesaan in action, bersatu dalam menjawab masalah dan penghadiran diri sebagai gereja di tengah masyarakat.
Ketum PGI berharap agar gereja-gereja kembali kepada ke Oikoumene, yaitu oikos dan menein, yang berarti melepaskan sekat untuk menciptakan dunia menjadi rumah yang nyaman untuk didiami oleh semua. Serta bersama-sama menghadapi 4 isu; Krisis Kebangsaan, Krisis Ekologi, Krisis Keesaan Gereja, dan Tantangan Dunia Digital.
Menanggapi apa yang disampaikan Ketum PGI, Jeane Marie Tulung mengaku sangat bersyukur, dan diperkaya, karena hal itu menjadi masukan baginya, terlebih dalam memulai tugas yang baru sebagai Dirjen Bimas Kristen. “Sebab itu harapan besar saya dalam memulai tugas yang baru dan berat ini, bisa berjalan bersama-sama dengan PGI untuk menghadapi persoalan-persoalan gereja,” katanya.
Dalam pertemuan yang diakhir dengan santap siang bersama ini, PGI dan Dirjen Bimas Kristen (DBK) bersepakat untuk perlunya mempersering pertemuan dan percakapan untuk memudahkan koordinasi kerja dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik gereja yang belakangan ini makin mengemuka, dan perlu menyelarasan langkah-langkah yang ditempuh antara PGI dan DBK. Diharapkan ada hotline di antara petugas terkait hal ini dari kedua belah pihak.
Selain itu, perlunya saling berkomunikasi dalam menyikapi berbagai RUU yang sedang dibahas di parlemen, serta penguatan terhadap kebijakan negara tentang badan hukum gereja untuk tetap bertumpu pada Staatsblad 127 no 165, dengan pemegang lisensi Kementerian Agama, dan tidak menjadi badan hukum ormas, yayasan atau perkumpulan.
Pewarta: Markus Saragih