GUNUNGSITOLI,PGI.OR.ID-Sidang Sinode ke 60 Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) 2022 telah dibuka secara resmi ditandai dengan menyentuh touchscreen layar monitor bersama oleh Ketum PGI, Staf Ahli Gubsu, Ephorus BNKP, Wakil Walikota Gunungsitoli, Bishop AMIN, perwakilan tokoh, dan ketua umum panitia, di Gedung Gereja Jemaat BNKP Gunungsitoli Kota Gunungsitoli, Rabu (6/7/2022).
Pembukaan sidang yang diawali ibadah ini, dihadiri perwakilan dari Pemprov Sumut, kepala daerah se Kepulauan Nias, Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, DPRD Nias, pimpinan lembaga lintas agama, pimpinan gereja lintas denominasi, BPMS BNKP, BPHMS BNKP, jemaat, pendeta, serta undangan.
Prosesi pembukaan sidang juga diawali dengan sambutan-sambutan, diantaranya disampaikan oleh Wakil Walikota Gunungsitoli, Ketum PGI, Menkumham RI Yasonna H. Laoly dan Ephorus BNKP Pdt. Dr. Tuhoni Telaumbanua, M.Si. Dalam sambutannya, Mewakili pemerintah daerah Gunungstoli, Wakil Walikota Gunungsitoli Sowa’a Laoly, SE. M.Si dalam sambutannya, menyambut pelaksanaan Sidang Sinode ke 60 BNKP, yang sangat bermanfaat sebagai forum komunikasi, dan informasi diantara pelayan serta seluruh peserta persidangan.
Persidangan menurutnya juga menjadi momentum untuk mengevaluasi kinerja pelayanan, sejauhmana yang sudah dicapai selama 5 tahun terakhir. Kemudian menjadi perbandingan dalam menyusun dan menetapkan program-program tartegis untuk lima tahun mendatang. Diapun berharap, persidangan dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang baik, tidak hanya untuk gereja, tetapi juga Kota Gunungsitoli.
Sementara itu, Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, menyampaikan terimakasih, dan penghargaan setinggi-tingginya kepada BNKP, khususnya dibawah kepemimpinan Pdt. Dr. Tuhoni Telaumbanua, M.Si dan Pdt. Dr. Dorkas Orienti Daeli, M.Th, yang telah membawa BNKP ke kancah gerakan oikoumene sebagai pelopor.
“Tidak ada persidangan oikoumenis di Indonesia, di Asia, dan dunia yang tidak dihadiri oleh pimpinan BNKP selama 10 tahun terakhir. Ini prestasi yang luar biasa dalam arak-arakan gerakan oikoumene, tidak hanya dalam Dewan Gereja seDunia, Dewan Gereja seAsia, dan PGI, keduanya menunjukkan partisipasi luar biasa melalui UEM, LWF, bahkan beberapa pendeta-pendeta BNKP didorong terus terlibat dalam gerakan oikoumene di aras wilayah dan lokal,” katanya.
Menurut Ketum PGI, salah satu tantangan berat yang dihadapi sekarang ini dan seturut dengan sub tema persidangan BNKP, yaitu disrubsi digital. Dunia digital telah mendisrubsi banyak hal. Sebab itu, saatnya gereja, pendeta, ikut berobah menghadapi perkembangan digital.
“Saya gembira pimpinan BNKP menaruh hal ini menjadi bagian di sub tema sidang, ini sebuah kesadaran pemimpin, kesadaran kolektif kita untuk berobah di tengah masyarakat akibat perobahan tranformasi digital. Gereja bisa menjadi pelopor dalam transformasi masyarakat, pelopor dalam dunia digital kalau kita meminta tuntunan Roh Kudus untuk terus belajar keras dan bekarja keras, saya percaya persidangan ini ada dalam arahan itu,” jelasnya.
Sedangkan Menkumham RI Yasonna H. Laoly dalam arahannya yang disampaikan secara virtual mengingatkan, Sidang Sinode ke 60 BNKP bukan sekadar pemenuhan kewajiban dan tuntutan periodesasi belaka, malainkan ajang, peluang dan kesempatan bagi BNKP untuk terus berbenah, mengatasi, dan berinovasi dalam mewujudkan tugas panggilannya di tengah dunia.
“Persidangan kali ini tentunya juga akan memantapkan langkah strategis untuk kemandirian dalam berbagai dimensi, dan aspek pelayanan. Sebagai bagian dari warga BNKP saya mengapresiasi pengesahan Konfensi BNKP dalam pesidangan ke 59 di Gomo. Konfensi BNKP tentu menjadi starting point yang mengkokohkan kemandiran BNKP dalam bidang teologi. Namun menjadi pertanyaan lanjutan ialah bagaimana kemandiran dalam bidang yang lain. Doa dan harapan kita semua persidangan kali ini akan memberikan jawaban bagi tantangan dan pergumulan tentang kemandirian. Sebab kemandirian akan menjadi sebuah isu penting dalam menghadapi arus perubahan di era disrupsi digital,” jelas Laoly.
Menutup sambutan-sambutan, Ephorus BNKP Pdt. Dr. Tuhoni Telaumbanua, M.Si dalam penggembalaannya menegaskan, dalam persidangan semua duduk bersama untuk pertama, melihat apa yang sudah dilakukan, dan apa yang akan dilakukan. Kedua, melihat apa yang terjadi di sekitar kita serta kondisi dalam bermasyarakat, bernegara yang masih ditandai dengan kemiskinan, keterbelakangan, ekstrimisme dan radikalisme, kerusakan lingkungan, disrubsi. Ketiga, memandang jauh ke depan, dengan melihat pergumulan masa kini serta prediksi apa yang akan terjadi dengan perubahan-perubahan yang ada.
“Untuk itu semua duduk bersama, berjuang merumuskan apa yang akan kita lakukan dan kemana kita lima tahun ke depan melalui program pelayanan. Seiring dengan itu kita mengkaji, menilai, dan yang paling penting ialah memohon tuntunan Tuhan dalam memililh BPMS dan BPHMS BNKP. Dalam konteks pergumulan itu semua, kita dan gereja perlu melakukan pembaharuan dan perobahan,” jelasnya.
Ephorus BNKP pun berharap seluruh peserta sidang mengikuti rangkain kegiatan hingga berakhir, dan semua acara dalam tuntunan Tuhan.
Pewarta: Markus Saragih