Peace Train Indonesia 12: Belajar Merawat Kebinekaan dan Perdamaian di Kota Toleran
JAKARTA,PGI.OR.ID-Langkanya ruang perjumpaan antar sesama anak bangsa yang beragam suku, ras, budaya dan agama menjadi salah satu faktor penyebab langgengnya sikap hidup yang eksklusif dan intoleran. Hal inilah yang ditengarai menjamurnya paham dan perilaku radikal yang pada tahap selanjutnya meningkat menjadi aksi-terorisme di berbagai tempat di Indonesia.
Oleh karenanya dibutuhkan ruang-ruang perjumpaan sebagai instrument untuk saling berbagi, berdialog dalam rangka mengenal satu sama lain guna mengikis prasangka, prejudis dan sikap buruk lainnya yang terkait dengan relasi antarumat beragama.
Demikian dikatakan Pdt. Jimmy Sormin, Koordinator Gugus Tugas Pemuka Agama Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) untuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Rabu (21/4)2021 jelang pelaksanaan Peace Train Indoneaia ke-12 Jakarta – Salatiga.
Menurut Pdt. Jimmy, Peace Train Indonesia (PTI) menjadi model ruang perjumpaan tersebut, agar tercipta tidak hanya dialog yang membangun toleransi dan kesalingpahaman, tetapi juga dialog dalam aksi nyata kemanusiaan. “Sebagaimana PTI menekankan perhatian pada segmen generasi muda untuk mengantarkan menjadi agen-agen perubahan dalam merawat keragaman dan mewujudkan perdamaian. Pilihan ini patut menjadi contoh bagi organisasi-organisasi lainnya yang mungkin selama ini kurang menaruh perhatian pada segmen generasi ini,“ tandas Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (KKC) PGI ini.
Ia menambahkan, PTI ke-12 secara khusus diselenggarakan secara kolaboratif antara Gugus Tugas Pemuka Agama untuk Pencegahan Radikal-Terorisme – PGI, Yayasan ICRP dan Yayasan Percik Salatiga. Model kolaborasi seperti ini patut terus dikembangkan, agar upaya sistematis dan masif dalam membangun perdamaian dan keadilan di negeri ini dapat semakin terasa dan berdampak signifikan bagi bangsa.
PTI ke-12 dihelat pada Kamis-Minggu (22-25/4) dari Jakarta menuju Salatiga, Jawa Tengah. Membawa 20 orang peserta dari berbagai latar belakang agama, PTI kali ini mengusung tema Belajar Merawat Kebinekaan dan Perdamaian di Kota Toleran. “Dua puluh peserta tersebut hasil seleksi dari 80 orang yang mendaftar. Karena masih pandemic Covid-19 maka kita batasi hanya 20 orang saja,” ujar Ahmad Nurcholish, salah seorang penggagas Peace Train Indonesia.
Deputy Direktur ICRP ini menambahkan, Salatiga menjadi kota tujuan karena oleh SETARA Institute kota tersebut dinilai menjadi kota paling toleran di Indonesia tahun 2021. “Kita ingin belajar di sana bagaimana merawat keragaman dan perdamaian sekaligus mengetahui segala tantangan dan hambatan terkait dengan upaya mewujudkan toleransi dan perdamaian di kota tersebut,” tandas lelaki yang biasa disapa Cak Nur ini.
Disebutkan Nurcholish, 20 peserta tersebut berasal dari Padang, Semarang, Madura, Cilacap, Jakarta, Tangerang, Solo, Surabaya, Papua, Pontianak, dan Salatiga, dengan ragam latar agama Islam, Khonghucu, Katolik, Kristen dan Buddha. Diantara mereka juga ada teman-teman transpuan.
Acara pelepasan rombongan PTI ke-12 akan dilaksanakan pada Kamis (22/4) pukul: 16.00 WIB di Stasiun Senen, Jakarta Pusat. Hadir dalam pelepasan tersebut antara lain Sekretaris Umum ICRP Romo Johanes Hariyanto, Sekretaris Umum PGI Pdt. Jacky Manuputty, Direktur ICRP Pdt. Frangky Tampubolon, dan Pemimpin Redaksi Kabar Damai (kabardamai.id) Ahmad Nurcholish.
Penyelenggaraan PTI ke-12 ini hasil kerjasama ICRP dan PGI dengan mendapatkan dukungan dari BNPT RI. Sebagai mitra local di Salatiga, PTI menggandeng Yayasan Percik dan Sobat Muda salatiga. “Kami melihat Peace train ini merupakan upaya kecil yang akan berdampak besar dan berkelanjutan untuk mewujudkan Indonesia damai dan bermartabat. Saling menghormati meski berbeda keyakinan dan latar belakang perlu terus ditanamkan bagi generasi muda,” tutur direktur pelaksana Yayasan Percik Haryani Saptaningtyas.
Dikatakan Haryani, Percik menyambut baik kegiatan Peace Train ini dan bangga menjadi tuan rumah bagi perwakilan para muda se-Indonesia. “Selamat datang di kampung kami. Sambil merayakan kebinekaan, kita semua menikmati rasa ‘kampung Jawa’ dan spiritual lokal yang dihidupi. Tentu kami berharap, tiga hari tinggal di kampung menjadi sebuah perjalanan spiritual kebangsaan yang akan terus diingat. Kita semua akan belajar bersama bagaimana toleransi dikelola sebagai ruang hidup bersama,” pungkasnya.
Peace Train Indonesia adalah program traveling lintas iman/agama dengan menggunakan moda kereta api, menuju ke satu kota yang telah ditentukan. Di kota tujuan peserta akan mengunjungi komunitas agama-agama, komunitas penggerak perdamaian, rumah-rumah ibadah, dan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai actor penting toleransi dan perdamaian antar agama. Mereka juga akan berproses untuk saling belajar, berbagi cerita, berdialog, bekerjasama, mengelola perbedaan, berkampanye, dan menuliskan pengalaman perjumpaan dalam semangat kebersamaan dan persaudaraan. Kegiatan PTI di Salatiga ini didukung pula oleh Mission-21.
Pewarta: Markus Saragih