Mewujudkan Transformasi Akper RS PGI Cikini Menjadi Stikes PGI Cikini
JAKARTA,PGI.OR.ID-Perubahan regulasi pendidikan dan perkembangan serta persaingan institusi pendidikan perguruan tinggi di Indonesia yang semakin tinggi, menuntut Akademi Perawatan (Akper) RS PGI Cikini untuk menyikapi berbagai perubahan yang terjadi. Perubahan signifikan yang dapat dilakukan adalah melakukan transformasi perubahan bentuk dari perguruan tinggi vokasi menjadi perguruan tinggi akademik.
Selain itu, berbagai perubahan yang dipicu oleh revolusi industri 4.0 dan pandemi COVID-19, juga menuntut Akper RS PGI Cikini mampu menyesuaikan dan mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat sehingga transformasi Akper RS PGI Cikini dari perguruan tinggi vokasi menjadi perguruan tinggi akademik menjadi sebuah keharusan.
Dalam rangka mewujudkan tuntutan tersebut, maka diperlukan, salahsatunya, adalah kajian yang mendalam. Untuk itulah Yayasan Kesehatan PGI Cikini melaksanakan kegiatan Sarasehan Transformasi Akper RS PGI Cikini Menjadi Stikes PGI Cikini, di Lt 3 Grha Oikoumene, Jakarta, pada Sabtu (12/11/2022).
Sarasehan yang berlangsung secara onsite dan hybrid ini, menjadi sarana audiensi, dengar pendapat, dan konsultasi searah yang melibatkan PGI, LLDIKTI, Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, PPNI, ABP-PTSI, dan BKPTKI.
Dalam sambutannya, Ketua Umum Pengurus Yayasan Kesehatan PGI Cikini Brigjen TNI (Purn) dr. Alexander K. Ginting mengatakan, perjalanan sejarah panjang Akper PGI Cikini menjadi modal yang kuat untuk bisa berobah mengaktualisasikan diri sesuai kebutuhan zaman.
Perobahan tersebut, lanjut Alexander Ginting, tentu memberikan konsekuensi dan risiko, dari akademi menjadi sekolah tinggi yaitu menambah 2 program studi, S1 Keperawatan dan Profesi Ners (lanjutan tahap akademik pada pendidikan Sarjana Keperawatan). Sehingga dengan demikian transformasi ini bisa mewujudnyatakan apa yang menjadi tantangan zaman, namun sekaligus juga memenuhi kebutuhan rumah sakit tidak hanya dikalangan pemerintah, tetapi juga gereja, dan seluruh yayasan yang membutuhkan didalam pelayanan kesehatan.
“Tentu di dalam hal ini diperlukan komitmen, perlu berbagai kajian yang terus menerus, termasuk kajian-kajian faktor internal dan eksternal, termasuk bagaimana penyajian SDM keperawatan, bagaimana akses yang harus disiapkan untuk bisa masuk, dan untuk bisa memenuhi kriteria, baik diskusi-diskusi dalam rangka perobahan tersebut. Oleh karena itu, saresahan ini sangat pentig untuk membahas, dan mengkaji lebih dalam khususnya rencana strategis Yakes PGI Cikini tahun 2023-2030. Perlu berbagai masukan, pemikiran, agar perkembangan ke depan ini bisa disiapkan dengan baik,” katanya.
Dia pun berharap, Stikes PGI Cikini nantinya dalam 10 tahun ke depan dapat menjadi pilihan utama bagi pendidikan kesehatan warga gereja, menjadi pusat penelitian kesehatan yang aplikatif untuk pengembangan kebijakan pemerintah untuk memcahkan problem kesehatan, dan menjadi mitra industri kesehatan, karena kesehatan itu bagian yang penting bagi bangsa Indonesia.
Sementara itu, Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom mengawali sambutannya menegaskan, penduduk yang besar jika berkualitas, akan menjadi modal pembangunan namun jika tidak berkualitas, akan menjadi beban pembangunan. Bonus demografi di Indonesia harus dibarengi dengan peningkatan SDM.
Dalam hal ini, PGI bertanggungjawab untuk ikut dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia. Sebab itu, kunci supaya SDM bisa berkualitas dipengaruhi oleh 2 faktor penting yaitu pendidikan dan kesehatan. “Oleh karena itulah di PGI dan di gereja-gereja, pendidikan dan Kesehatan adalah agenda pastoral yang wajib dikembangkan,” tandasnya.
Menurutnya, jika dilihat sejarah lahir gereja-gereja di Indonesia, sejak jaman Zending, 3 hal yang dikerjakan secara bersamaan adalah pengajaran, pendidikan dan kesehatan. Oleh karena itulah lahirnya gereja dibarengi dengan lahirnya sekolah dan rumah sakit.
Jika saat ini Akper PGI Cikini akan mengalami transfromasi, lanjut Ketum PGI, maka ini adalah dalam rangka menjawab tantangan zaman dan peningkatan kualitas SDM kita. Perawat yang berpendidikan S1 akan sangat dibutuhkan masyarakat, dan akan bisa mengimbangi teknologi yang berkembang dan bisa mengimbangi pendidikan tenaga kesehatan (nakes) lainnya.
Sarasehan yang diawali ibadah dipimpin oleh Sekretaris Eksekutif Bidang KPG PGI Pdt. Lenta Enni Simbolon ini, menghadirkan narasumber Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, Ketua Umum Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABP PTSI) Prof. Dr. Thomas Suyatno, Ditjen Yakes Kemenkes RI, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI), dan Ka. Biro Kerjasama Pemprov DKI.
Selain itu, dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Pertuguruan Tinggi Selurruh Indobesia, serta Badan Koordinasi Perguruan Tinggi Indonesia.
Pewarta: Markus Saragih